JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menilai, tingginya kasus demam berdarah yang tergolong sebagai Neglected Tropical Deseases (NTD) dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini menyebabkan kekeringan dan curah hujan rendah di beberapa wilayah.
Pada 2023, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti potensi El Nino di Indonesia. Hingga minggu ke-22, kasus DBD di dalam negeri sudah mencapai 35.694 kasus.
"Ada satu grafik yang menunjukkan kasus-kasusnya yang tinggi akan terjadi pada saat adanya El Nino. El Nino seperti tahun ini kan (ada potensi) El Nino, dan suhunya meningkat," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi dalam konferensi pers daring, Senin (12/6/2022).
Baca juga: Kemenkes Catat 35.694 Kasus DBD Tahun Ini, Kematian Tembus 270 Orang
Imran menyampaikan, El Nino yang menyebabkan suhu lebih hangat membuat nyamuk Aedes aegypti semakin ganas. Dia mengungkapkan, jika suhu panas di atas 30 derajat celcius, frekuensi nyamuk menggigit akan meningkat 3-5 kali lipat.
Di sisi lain, curah hujan minim membuat genangan air dari hujan sebelumnya tidak tergantikan, sehingga menjadi tempat berkembang biak (breeding place) nyamuk penyebab demam berdarah tersebut.
"Mungkin seminggu sekali atau 3-4 hari baru hujan. Ada tampungan air di ban bekas, di kaleng-kaleng, di sampah, ini jadi breeding place," beber dia.
Sementara itu, mengacu pada pola peningkatan kasus dalam 10 tahun terakhir, kenaikan akan terjadi mulai bulan November dan mencapai puncak pada bulan Februari.
Lebih lanjut, dia meminta kepala daerah mewaspadai potensi tersebut. Ia mengimbau kepala daerah untuk menyiapkan obat-obatan dan penanganan di fasilitas kesehatan masyarakat.
Hal ini mengingat, total kematian DBD pada tahun 2023 mencapai 270 kasus. Kasus kematian ini tertinggi di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, NTB, dan Kalimantan Timur.
Baca juga: Waspada! Gejala DBD Bukan Hanya Bintik Merah
Lima kota dengan kematian tertinggi, yaitu Kendal, Bima, Probolinggo, Semarang, dan Blora.
"Pada 2023 ada El Nino, maka kekhawatiran kita akan terjadi lonjakan kasus. Daerah harus sudah siap terkait bagaimana pencegahan, bagaimana logistik cairan, obat-obatan, penanganan di Faskes untuk antisipasi terjadinya peningkatan demam berdarah," jelas Imran.
Sebelumnya diberitakan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, ancaman El Nino atau naiknya suhu permukaan air laut di Indonesia semakin nyata terjadi pada Juni 2023.
Sebab, indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) telah melewati tahap netral. Fase ENSO netral telah terlewati pada bulan Maret hingga April 2023 yang kemudian semakin berkembang ke arah El Nino positif pada Juni 2023.
Baca juga: Di Kota Tegal, Januari-Maret Ada 19 Kasus DBD, 1 Orang Meninggal Dunia
Peluang terjadinya El Nino moderat pada bulan Juni diprediksi menyentuh angka 80 persen. Angka tersebut meningkat dari prediksi di bulan Maret 2023 yang hanya sebesar 60 persen.
Meskipun, pihaknya memprediksi El Nino di bulan Juni 2023 masih di tahap lemah, tetapi nantinya akan menguat setelah bulan Juni 2023.
"Diprediksi akan berlangsung dengan intensitas awalnya lemah sekitar bulan Juni kemudian setelah Juni diprediksi menguat hingga moderat," tutur Dwikorita Karnawati saat konferensi pers virtual, Selasa (6/6/2023).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.