Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Al Makin
Rektor UIN Sunan Kalijaga

Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA, kelahiran Bojonegoro Jawa Timur 1972 adalah Profesor UIN Sunan Kalijaga. Penulis dikenal sebagai ilmuwan serta pakar di bidang filsafat, sejarah Islam awal, sosiologi masyarakat Muslim, keragaman, multikulturalisme, studi minoritas, agama-agama asli Indonesia, dialog antar iman, dan studi Gerakan Keagamaan Baru. Saat ini tercatat sebagai Ketua Editor Jurnal Internasional Al-Jami’ah, salah satu pendiri portal jurnal Kementrian Agama Moraref, dan ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) UIN Sunan Kalijaga periode 2016-2020. Makin juga tercatat sebagai anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia) sejak 2017. Selengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Al_Makin.

Relasi Negara dan Umat: Refleksi Haji

Kompas.com - 10/06/2023, 09:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM teori demokrasi negara era globalisasi saat ini pemisahan yang kaku atas negara dan agama menjadi bahan berbincangan lagi.

Tidak semua praktik sama di negara di dunia ini. Banyak budaya menunjukkan gelagat yang bervariasi. Agama tidak bisa hilang begitu saja dari proses dan prosedur kenegaraan, kemasyarakatan, dan mobilisasi massa.

Politik identitas menjadi sorotan karena itu adalah alat yang paling murah untuk menuai simpati.

Itu betul adanya dan hampir semua negara berkomitmen pada politik identitas. Negara-negara harus hati-hati dan karenanya mereka berkomitmen menghindari.

Amerika dan Eropa sedang menghadapi sikap emosional pemilih berdasarkan ikatan-ikatan primordial. Sentimen antiimigrasi, relasi antarwarga negara, dan nasib orang asli dan pendatang menjadi sorotan.

Indonesia tak ayal lagi menghadapi persoalan sama. Namun Indonesia menawarkan gejala yang unik dan menarik.

Betul, sejak awal berdirinya bangsa ini, para pendiri bangsa dan pemikir setelahnya selalu menekankan pentingnya negara netral dan tidak terlalu mencampuri urusan agama.

Namun, praktiknya negara harus hadir dan melayani, bukan agama secara doktrin dan teologis, tetapi umat beragama dan kebutuhan-kebutuhan beragama dalam kemasyarakatan. Kementerian Agama adalah contoh nyata tentang hal ini.

Sehingga lebih tepat gejala ini disebut sebagai relasi negara dan umat, bukan relasi negara dan agama, dalam wacana politik dan agama di Indonesia.

Implikasinya jauh dari kedua jenis relasi itu. Namun yang nyata di Indonesia adalah negara dan umat berkelindan sepanjang waktu sejak kemerdekaan hingga reformasi.

Kenyataannya, negara selalu bertanggungjawab pada keamanan dan kenyamanan. Bahkan lancarnya pelaksanaan hampir semua perayaan hari suci agama, tidak hanya agama Islam. Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Nyepi, Waisak, Imlek dan masih banyak lagi.

Ketika hari-hari suci itu, peran negara dalam bidang keamanan, transportasi, pelayanan sosial, dan kerukunan internal dan eksternal umat menjadi perhatian serius.

Yang jelas, negara meliburkan banyak hari suci agama-agama resmi, dan setiap ibadah di tempat suci negara mengambil peran penuh dalam melindungi umat dari segi hukum dan birokrasi.

Haji adalah salah satu yang nyata, negara dan umat saling tergantung. Negara berperan dominan dan vital dalam menajemen, pengaturan, dan koordinasi dari sisi ekonomi, sosial, politik, birokrasi, administrasi, diplomasi, dan transportasi. Negara Indonesia memang unik dalam hal ibadah haji.

Turki, Mesir, India, Pakistan, Bangladesh, bahkan Malaysia mempunyai kebijakan tersendiri soal haji. Negara mempunyai porsi yang beragam terhadap haji warganya di banyak negara.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com