JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta masyarakat waspada potensi curah hujan di bawah normal pada September 2023.
Hal itu dapat dilihat dari wilayah Indonesia yang semakin berwarna coklat hingga coklat kehitaman dari bulan ke bulan pada peta prakiraan curah hujan bulanan yang ditayangkan pihak BMKG saat konferensi pers bertajuk "Kondisi El Nino di Indonesia" secara virtual pada Selasa, (6/6/2023).
"Persentasenya semakin rendah ya, semakin coklat dari Juli, Agustus semakin meluas, September coklat semua," jelasnya menerangkan gambaran peta tersebut, Selasa.
Baca juga: BMKG Sebut 28 Persen Wilayah Indonesia Masuk Siaga Karhutla dan Kekeringan
Hal itu, katanya, disebabkan oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang diprediksi akan terjadi bersamaan mulai Juni 2023.
Berdasarkan penuturan Dwikorita, pada bulan September 2023 nanti curah hujan diprediksi masuk dalam kategori sangat rendah, yakni 0 hingga 20mm/bulan di beberapa wilayah Indonesia.
"(Pada September 2023) hitamnya hampir merata, inilah yang harus diwaspadai sejak dini," kata Dwikorita.
Warna coklat dan coklat kehitaman yang ada di peta wilayah Indonesia tersebut, menurutnya perlu diwaspadai akan terjadinya kekeringan dan ancaman kebakaran hutan atau karhutla.
Beberapa wilayah yang disebutnya di antaranya Jawa, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Meski begitu, Dwikorita mengatakan pada bulan November 2023 kondisi kering Indonesia mulai berangsur pulih.
Baca juga: BMKG Prediksi El Nino Menguat Setelah Juni 2023, Ini Penjelasannya
"Akhirnya November coklat-coklat sudah bersih. November insya Allah sudah aman," katanya.
Diberitakan sebelumnya, BMKG memprediksi pada Juni 2023 akan terjadi dua fenomena gangguan iklim, yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
Dwikorita mengatakan prediksi tersebut merupakan hasil dari data pemantauan suhu muka laut yang mendeteksi adanya indeks El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan IOD yang semakin menguat ke arah positif.
Baca juga: Prediksi BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Alami Curah Hujan Rendah hingga Oktober 2023
"Sesuai hasil prediksi di bulan Maret lalu bahwa indeks ENSO semakin menguat, bahkan BMKG juga mendeteksi adanya IOD di indeks yang juga semakin menguat ke arah positif," ujar Dwikorita.
Berdasarkan penuturannya, El Nino dikontrol oleh suhu muka air laut di samudera pasifik, sedangkan IOD dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah Samudera Hindia.
Adanya deteksi ke arah positif dari kedua pengamatan suhu muka air laut tersebut, mengakibatkan keduanya saling menguatkan untuk membuat wilayah Indonesia menjadi lebih kering.
Baca juga: Prediksi BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Alami Curah Hujan Rendah hingga Oktober 2023
"Yang artinya seperti fenomena yang terjadi di tahun 2019 dimana IOD indeks tersebut juga menguat dan mengakibatkan kondisi kering, lebih kering di wilayah Indonesia. Untuk kali ini, dua fenomena ini terjadi bersamaan," tuturnya.
Hingga saat ini, temperatur anomali di samudera pasifik sudah mencapai angka 0,8 derajat celcius yang dikhawatirkan menyentuh angka 1 derajat celcius.
"Saat ini sudah mencapai angka 0,8 sudah dekat dengan satu, kalau sudah sampai menyentuh angka satu, berarti el nino moderat," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.