Pilihan lari pagi juga bukan tanpa alasan. Setiap pilihan yang melekat pada seseorang tentu bermotif. Bahkan, menurut hemat saya, pilihan tadi juga merefleksikan kedirian seseorang. Kita bisa mempersepsikan seseorang dari pilihan-pilihan dan kesukaan-kesukaannya.
Secara semiotis, lari pagi adalah “penanda” (signifiant/signifier). Sebagai “penanda”, lari pagi merefleksikan “petanda” (signifie/signified). Seperti apa petanda-petanda atau makna-makna yang direfleksikan bergantung pada konteksnya.
Baca juga: Anies: Kalau Adu Lari Pagi Saya Kalah, tetapi Adu Gagasan Kami Siap
Tentu saja berbeda saat Ganjar lari pagi di dalam GBK sendirian, atau hanya ditemani sang istri, dengan lari pagi di luar GBK. Di dalam GBK tidak berjumpa banyak orang. Tak ada momen yang bernilai politis.
Di luar GBK, atau di sekitar alun-alun, di sepanjang jalan kota, yang biasa dipakai rute Ganjar, akan berjumpa dengan banyak orang. Banyak pula momen bernilai politis. Meski sekadar tersenyum, menyapa, melayani foto bersama. Apalagi mau memberi petuah yang positif. Lalu, orang-orang bertepuk tangan, tertawa riang, bahkan spontan meneriakkan yel-yel.
Di era media sosial orang-orang itu adalah “juru iklan”. Tak berbayar. Dalam catatan saya, Ganjar selalu menyisipkan nasehat kepada orang-orang yang mengerumuninya. Saat berlari pagi di GBK, misalnya, Ganjar berpesan, “Jangan mem-bully dan bikin sakit hati orang” (Kompas.com, 30/04/2023).
Di Jember, Ganjar juga mengajak menggunakan media sosial dengan bijak, tidak menebar hoaks.
“Gunakan medsos dengan bijak untuk berteman, untuk berkata baik, untuk saling mendoakan,” pesan Ganjar (Suara.com, 07/05/2023).
Setidaknya momen-momen “kecil tapi penuh sentuhan humanisme” seperti itu berhasil diciptakan Ganjar dengan lari pagi. Setiap akhir pekan Ganjar muncul sebagai “pembuat berita” (news maker). Aksinya lalu mengisi halaman media massa. Juga menjadi konten-konten media sosial.
Karakter olahraga lari pagi memang sederhana, murah, dan merakyat. Siapapun bisa. Asal sehat. Tak perlu keterampilan khusus. Tak perlu sarana khusus. Murah, cukup bersepatu, dan sebotol air mineral. Tak ribet.
Nilai humanismenya pun tinggi. Bisa menampung banyak partisipan. Dari kalangan apa saja. Bisa dilakukan sambil berbincang-bincang hal serius sampai hal remeh-temeh.
Rupanya karena ini pula Ganjar memilihnya. Saya kutip pernyataan Ganjar saat lari pagi tahun 2017, saat masih menjabat Gubernur Jawa Tengah periode pertama.
Baca juga: Ini Alasan Ganjar Rutin Lari Pagi di Berbagai Kota Usai Jadi Bacapres PDI-P
“Daripada memaki, mending lari sajalah. Kalau kita lari, sambil piknik, maka akan bahagia. Bertemu banyak orang," kata Ganjar (Kompas.com, 19/11/2017).
Bagi Ganjar, lari pagi bukan sekadar menyehatkan. Lari pagi adalah gaya hidup, sekaligus sarana komunikasi. Sebagai bacapres, dia butuh memperkenalkan diri. Rakyat pun butuh mengenalnya dari dekat. Cara kreatif dan unik yang merefleksikan keterbukaan dan kebersahajaan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.