Pancasila bisa jadi jarang disebut dalam keseharian di rumah. Namun dengan perilaku-perilaku positif di rumah, yang kemudian terbawa ke sekolah dan ke lingkungan sekitar, ini adalah bukti mampu menyatunya Pancasila hingga ke lingkungan kehidupan terkecil, yakni rumah.
Sebagai contoh, misalnya, aktivitas beribadah, saling menyayangi dan tolong menolong sesama manusia, sikap bersatu lebih baik dari pada sendiri, santun dalam menyampaikan pendapat, dan gotong royong dalam keluarga, dengan cepat Gen Z bisa mengerti dan melakukannya, walaupun tantangannya adalah melakukannya secara konsisten karena godaannya sekali lagi adalah keasyikan beraktivitas di dunia digital.
Namun memang harus diakui bahwa pada serangkaian persoalan besar seperti flexing harta, unjuk kekuasaan, kekerasan kepada sesama, korupsi, ketidakpatuhan hukum, tampaknya tidak cukup hanya dengan contoh perilaku positif dari rumah terutama dari Gen X, Milenial yang diikuti Gen Z, tidak cukup juga dengan edukasi PPKN via sekolah maupun digital, tapi memang harus ada nyali untuk melakukan tindakan korektif massal dari para pemimpin negeri di tingkat pusat dan daerah.
Dan kedepan, lagi-lagi harapan itu banyak digantungkan pada para pemimpin Gen X dan Milenial, mungkin dengan sedikit sisa-sisa pemimpin dari Gen Baby Boomers.
Singkatnya harus semakin banyak contoh perilaku para pemimpin yang sukses tanpa korupsi, memberi contoh selalu patuh hukum, tidak jumawa harta dan kekuasan, adil, tidak memberi toleransi kekerasan, dan menegakkan serangkaian perilaku baik lainnya.
Jika ini berhasil, maka insya Allah Gen Z, Gen Alpha dan generasi selanjutnya akan mengikuti. Dan menjadi nyatalah negeri ini sukses berpondasikan Pancasila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.