Ketika Osdar melaporkan hal tersebut, August memutuskan untuk dimuat di halaman utama.
"Saya pengambil keputusan pada malam itu," kata August.
Baca juga: Saat Mahasiswa Duduki Gedung DPR/MPR, Tuntut Soeharto Mundur
Ansel da Lopez, wartawan nonaktif Kompas yang menjabat anggota DPR ketika itu menceritakan, para anggota Komisi I DPR sempat bertanya kepadanya perihal headline Kompas tersebut.
Ansel kemudian menghubungi Osdar. Kepada Ansel, Osdar membenarkan Soeharto mengucapkan seperti dalam berita.
"Saya lalu menyampaikan kepada teman-teman yang menanyakan, betul menurut teman saya yang membuat berita itu, betul Pak Harto menyatakan bersedia mundur," kata Ansel.
Sementara itu, Wiranto dalam bukunya "Bersaksi di Tengah Badai" bercerita, setelah kembali ke Tanah Air usai kunjungan ke Mesir pada 15 Mei, Soeharto memanggil para menteri.
Momen itu dihadiri Menko Polhukam Feisal Tanjung, Mendagri R Hartono, Mensesneg Saadillah Mursjid, Menteri Kehakiman Muladi, Menteri Penerangan Alwi Dahlan, Kepala Bakin Moetojib, Jaksa Agung Soedtjono C Atmonegoro, dan Wiranto.
Selain meminta laporan situasi Tanah Air, Soeharto juga mengoreksi pemberitaan yang mengatakan dirinya siap mundur.
"Yang saya nyatakan adalah kalau masyarakat tidak lagi memberikan kepercayaan, sebetulnya tidak apa-apa. Kalau tidak percaya, ya sudah. Saya tidak akan mempertahankan dengan kekuatan senjata. Saya akan mandeg pandito, akan mendekatkan diri dengan Tuhan. Membimbing anak-anak supaya menjadi orang yang baik dan kepada masyarakat bisa memberi nasihat, bagi tut wuri handayani," kata Soeharto.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Saat Soeharto Bacakan Pidato Pengunduran Diri di Istana Merdeka
Kepada publik, Soeharto juga mengklarifikasi pemberitaan Kompas tersebut. Ia membantah dirinya mengatakan, 'saya siap mundur'.
Untuk memuat berita klarifikasi itu, redaksi Kompas saat itu dihadapkan pada dua pilihan judul berita.
"Saya punya dua pilihan waktu bikin judul berita klarifikasi itu. Pertama 'Soeharto Bantah Katakan Siap Mundur' atau yang kedua, 'Soeharto: Tidak Benar Saya Katakan Saya akan Mundur'. Ada dua hal itu," ujar James.
Dua judul berita itu memiliki dua nuansa yang berbeda pula. Judul pertama, memberikan kesan bahwa Soeharto meralat pernyataan bahwa dirinya akan mundur.
Sementara, judul kedua memberi kesan bahwa berita Kompas soal Soeharto siap mundur adalah salah.
"Akhirnya saya pilih judul pertama. Jadi seakan-akan dia sudah ngomong, lalu dia bantah. Dalam posisi seperti ini, posisi kami menjadi lebih kuat kan," ujar James.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Soeharto Lengser, Habibie Jadi Presiden hingga Isu Kudeta
Setelah itu, Soeharto mengumumkan akan merombak kabinetnya. Ia juga tiba-tiba membuka peluang berkomunikasi dengan tokoh oposisi.
James mengatakan, pada 20 Mei 1998 malam, redaksi Kompas sudah mendapatkan informasi bahwa Soeharto akan menyatakan berhenti sebagai Presiden pada keesokan harinya. Tetapi, tidak ada seorang pun pejabat negara yang bersedia dikonfirmasi soal itu.
"Kalau kami tulis kita sendiri yang bilang Pak Harto akan mundur besok pagi, kalau enggak jadi mundur, kredibilitas Kompas rusak. Jadi, kami perlu orang yang ngomong bahwa besok Pak Harto mundur atau judul apalah. Pokoknya isi dari judul Kompas itu memberitahu kepada masyarakat di pagi hari bahwa Pak Harto hari itu akan mundur," ujar James.
Sebuah judul pun dipilih mewakili kondisi pemerintahan Indonesia saat itu, yakni "Selamat Datang Pemerintahan Baru".
Baca juga: Dulu kalau Demo Bawa Foto Soeharto Itu Tabu, Takut Ditembak
Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo mengakui, terjadi perdebatan dalam pemilihan judul itu.
Sebab, ia berpadangan, terlalu berisiko jika Kompas menulis judul terang-terangan bahwa Soeharto mundur.
"Kenapa judul itu yang dipilih? Karena Kompas akan terbit pada jam 07.00 atau jam 08.00 pagi dan Soeharto akan mengumumkan pengunduran diri jam 10.00 WIB sehingga tidak mungkin kami memberikan judul bahwa Soeharto mundur. Itu akan sangat berisiko secara politik kalau Soeharto membatalkan niatnya untuk mundur," ujar Budiman.
August Parengkuan kala itu berpikir bahwa pemerintahan boleh dibilang lumpuh. Dengan wewenang yang dimiliki, ia pun memutuskan untuk mencetak headline "Selamat Datang Pemerintahan Baru."
"Sudah lumpuh lah pemerintahan waktu itu sehingga siapa yang takut pada pemerintahan yang sudah lumpuh?" ujar August.
Akhirnya, pada 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB, di ruang Credentials Room di Istana Merdeka, Soeharto mengumumkan bahwa ia berhenti sebagai Presiden RI.
James mengatakan, "Ketika pagi-pagi akhirnya Pak Harto jadi mundur, kita jadi menang...".
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 18 Mei 1998 Mahasiswa Duduki Gedung DPR/MPR, Minta Soeharto Mundur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.