Salin Artikel

Dari Tepi Sungai Nil, Soeharto Ungkap Keinginan Mundur sebagai Presiden

Judul dari pemberitaan tentang Presiden Soeharto yang saat itu disebutkan siap mengundurkan diri dari jabatannya itu membuat gempar publik di Tanah Air dan luar negeri.

Rupanya, judul tersebut dimuat di Harian Kompas berdasarkan laporan wartawan Kompas Joseph Osdar, yang meliput kunjungan Soeharto ke Mesir dalam rangka menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G15 di Kairo.

Osdar menceritakan bahwa rombongan Presiden Soeharto bertolak ke Mesir sejak 9 Mei 1998.

Sementara itu, KTT G15 sendiri baru dimulai pada 11 Mei 1998.

Menurut Osdar, selama di Mesir, situasi krisis dan kerusuhan di Indonesia menjadi sorotan.

Media-media di Mesir pun memberitakan situasi kerusuhan yang terjadi di Indonesia.

"Tanggal 12 Mei mulai pertemuan (KTT). Itu pas pertemuan pimpinan-pimpinan negara anggota G15 itu terjadi penembakan di Trisakti itu di Indonesia," ujar Osdar dalam wawancara khusus bersama Kompas.com, Senin (15/5/2023).

"Itu menjadi pemberitaan di televisi-televisi. Di Kairo itu, di pressroom di hotel itu yang tempat kita menginap itu sudah muncul (berita) kerusuhan, penembakan, yang nembak-nembak itu," katanya lagi.

Perkembangan situasi di Indonesia semakin menjadi perbincangan di kalangan pejabat, jurnalis maupun masyarakat di Kairo.

Sementara itu, kata Osdar, rombongan wartawan Istana yang ikut Soeharto ke Mesir belum bisa leluasa menuliskan kondisi yang ada.

Oleh karenanya, hanya beberapa berita kecil yang kemudian ditulis dan dikirimkan ke Indonesia.

Antara lain bagaimana reaksi di Kairo, juga pernyataan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat saat itu, Madeleine Albright di forum KTT G15 yang mencemaskan situasi di Indonesia.

Pada 13 Mei 1998, KTT G15 berakhir dan diadakan jumpa pers. Tetapi, Presiden Soeharto tidak ikut hadir.

Ternyata dalam jumpa pers tersebut ada wartawan asing yang menanyakan kepada pemimpin G15 mengenai tanggapan situasi di Indonesia.

Osdar mengungkapkan, Menlu Madeleine Albright saat itu memberikan tanggapan dengan menyatakan bahwa sebaiknya tuntutan reformasi di Indonesia dipenuhi saja.

"Nah sudah setelah itu masalah Indonesia itu menjadi pembicaraan tanya jawab antara wartawan dengan peserta KTT G15," katanya.

Detik-detik Soeharto ungkap akan mundur

Osdar melanjutkan, masih pada 13 Mei 1998, tepatnya saat malam hari, Presiden Soeharto mengumpulkan masyarakat Indonesia yang belajar dan bekerja di Mesir.

Acara tersebut digelar di kedutaan RI di Kairo.

Menurut Osdar, bangunan gedung kedutaan RI berada di tepi Sungai Nil, sungai yang dikenal luas publik dunia sebagai pusat peradaban masa lalu Mesir.

Osdar mengungkapkan, saat itu Soeharto menyampaikan pemaparannya tanpa teks. Salah satunya soal isu reformasi.

"Tentang kita nanti akan mengadakan reformasi, tentang tuntutan reformasi. Lalu, Pak Harto dengan gayanya menyatakan, 'bahwa nanti kita akan mengadakan reformasi. Reformasi itu sebenarnya sudah berjalan'," demikian jelas Osdar mengutip pernyataan Soeharto saat itu.

Bahkan, ketika itu Soeharto sempat menyatakan reformasi sudah ada sejak dulu, tepatnya sejak zaman kerajaan Majapahit.

Jenderal bintang lima TNI itu pun melanjutkan penjelasan dengan menyinggung soal harta kekayaan keluarganya.

"Dia ngomong sendiri bahwa 'saya dituduh sebagai orang yang menyimpan harta kekayaan Indonesia. Saya terimakasih kalau saya dituduh bahwa saya orang kaya di dunia. Karena nanti kekayaan saya bisa buat mengatasi krisis di Indonesia ini'," kata Osdar masih menirukan ucapan Soeharto.

Setelah membantah soal harta kekayaan itulah, Soeharto kemudian menyampaikan kalimat yang akhirnya membuat gempar pemberitaan.

"Dia (Presiden Soeharto) mengatakan, 'kalau seandainya rakyat tak menghendaki saya, ya sudah saya juga tidak mengapa kalau saya mundur. Tetapi harus tetap secara konstitusional. Saya tidak akan mempertahankan dengan senjata'. Kurang lebih begitu," ujar Osdar.

Tengah malam cari telepon untuk laporkan berita

Saat itulah Osdar tersadar bahwa pernyataan yang baru saja disampaikan Soeharto merupakan hal penting.

Insting wartawannya mengatakan bahwa pernyataan itu harus segera dilaporkan kepada redaksi di Jakarta.

"Tapi, saya lihat (waktu) di Indonesia sudah hampir jam satu (01.00 WIB dinihari). Sudah deadline. Tapi, ya sudah saya lalu cari telepon, di kedutaan itu saya cari telepon untuk menelpon ke Indonesia," katanya.

Namun, karena sudah lewat tengah malam, telepon di kedutaan sudah ditutup. Sementara saat itu belum ada smartphone seperti saat ini.

Saat itu, Osdar terus mencari telepon mana yang bisa digunakan. Akhirnya, ia menemukan satu-satunya telepon yang ada, yakni di pos penjagaan.

"Nah saya telepon dari situ. Saya menyatakan kepada Kompas, saya bilang, 'ini Pak Harto mau mundur. Pak Harto mau mundur nih'," kata Oscar.

Karena waktu deadline semakin mendekati, saat itu akhirnya Kompas meminta Osdar memberikan laporan dengan didiktekan lewat telepon.

Redaksi kemudian menulis hasil laporan lisan yang diberikan Osdar.

Osdar mengungkapkan, saat itu ada dua poin yang disampaikannya.

"Pertama, Kalau rakyat Indonesia tidak menghendaki saya, saya tidak akan mempertahankan dengan senjata. Lalu, yang kedua, pada intinya Presiden Soeharto membantah bahwa keluarganya itu terkaya keempat di dunia. Sudah itu saja," ujarnya.

Setelah memberikan laporan ke Jakarta, Osdar sempat berjalan-jalan sebentar di Kairo.

Namun, karena perasannya tidak enak karena telah memberikan laporan sebelumnya dirinya tak jadi menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan.

Ia memikirkan seperti apa pemberitaan yang akan terbit di Kompas keesokan harinya.

Osdar pun kembali ke hotel tempat rombongan wartawan Indonesia menginap.

Sesampai di hotel, resepsionis mengabarinya bahwa dia mendapat telepon dari Jakarta.

Saat telepon diterima, ternyata Mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin yang menghubunginya.

"Saya ambil telepon, ternyata waktu itu yang telepon Pak Ali Sadikin. 'Wah Osdar ternyata kamu bukan anteknya Soeharto ya, kita mau bergerak ini'," demikian kata Oscar menirukan Ali Sadikin.

Sebagaimana diketahui selama Orde Baru, Ali Sadikin diketahui sebagai salah satu tokoh yang kerap mengkritik Soeharto.

Dari perbincangan telepon itulah Osdar mengetahui bahwa berita yang dilaporkannya menjadi berita utama atau headline di Harian Kompas.

Saat itu, Osdar langsung merasa khawatir. Ia memikirkan seperti apa dampak dari pemberitaan tersebut nantinya.

"Wah saya sudah gini (menyentuh dada memeriksa detak jantung karena merasa khawatir). Ternyata benar (dampak pemberitaannya)," kata Osdar.

"Sebab, saat saya sampai di kamar itu teman saya yang satu kamar dari Suara Pembaruan sedang mencari-cari rekaman," ujarnya lagi.

Rekaman yang dimaksud adalah saat Soaharto mengatakan akan mundur.

Osdar melaporkan bahwa Soeharto menyampaikan mau mundur.

"Saya bilang, 'wah, itu berita besar. Kirim deh'. Waktu itu saya bilang kirim tiga alinea saja karena sudah malam. Jadi, kalau dia bikin tiga alinea tidak terlalu lama waktunya, tapi esensinya ada. Tapi dia bilang di sini repot. Akhirnya, saya suruh dia dikte, saya catat," kata James.

August Parengkuan, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas ketika itu mengaku percaya dengan laporan wartawannya.

Ketika Osdar melaporkan hal tersebut, August memutuskan untuk dimuat di halaman utama.

"Saya pengambil keputusan pada malam itu," kata August.

Ansel da Lopez, wartawan nonaktif Kompas yang menjabat anggota DPR ketika itu menceritakan, para anggota Komisi I DPR sempat bertanya kepadanya perihal headline Kompas tersebut.

Ansel kemudian menghubungi Osdar. Kepada Ansel, Osdar membenarkan Soeharto mengucapkan seperti dalam berita.

"Saya lalu menyampaikan kepada teman-teman yang menanyakan, betul menurut teman saya yang membuat berita itu, betul Pak Harto menyatakan bersedia mundur," kata Ansel.

Sementara itu, Wiranto dalam bukunya "Bersaksi di Tengah Badai" bercerita, setelah kembali ke Tanah Air usai kunjungan ke Mesir pada 15 Mei, Soeharto memanggil para menteri.

Momen itu dihadiri Menko Polhukam Feisal Tanjung, Mendagri R Hartono, Mensesneg Saadillah Mursjid, Menteri Kehakiman Muladi, Menteri Penerangan Alwi Dahlan, Kepala Bakin Moetojib, Jaksa Agung Soedtjono C Atmonegoro, dan Wiranto.

Selain meminta laporan situasi Tanah Air, Soeharto juga mengoreksi pemberitaan yang mengatakan dirinya siap mundur.

"Yang saya nyatakan adalah kalau masyarakat tidak lagi memberikan kepercayaan, sebetulnya tidak apa-apa. Kalau tidak percaya, ya sudah. Saya tidak akan mempertahankan dengan kekuatan senjata. Saya akan mandeg pandito, akan mendekatkan diri dengan Tuhan. Membimbing anak-anak supaya menjadi orang yang baik dan kepada masyarakat bisa memberi nasihat, bagi tut wuri handayani," kata Soeharto.

Kepada publik, Soeharto juga mengklarifikasi pemberitaan Kompas tersebut. Ia membantah dirinya mengatakan, 'saya siap mundur'.

Untuk memuat berita klarifikasi itu, redaksi Kompas saat itu dihadapkan pada dua pilihan judul berita.

"Saya punya dua pilihan waktu bikin judul berita klarifikasi itu. Pertama 'Soeharto Bantah Katakan Siap Mundur' atau yang kedua, 'Soeharto: Tidak Benar Saya Katakan Saya akan Mundur'. Ada dua hal itu," ujar James.

Dua judul berita itu memiliki dua nuansa yang berbeda pula. Judul pertama, memberikan kesan bahwa Soeharto meralat pernyataan bahwa dirinya akan mundur.

Sementara, judul kedua memberi kesan bahwa berita Kompas soal Soeharto siap mundur adalah salah.

"Akhirnya saya pilih judul pertama. Jadi seakan-akan dia sudah ngomong, lalu dia bantah. Dalam posisi seperti ini, posisi kami menjadi lebih kuat kan," ujar James.

Setelah itu, Soeharto mengumumkan akan merombak kabinetnya. Ia juga tiba-tiba membuka peluang berkomunikasi dengan tokoh oposisi.

James mengatakan, pada 20 Mei 1998 malam, redaksi Kompas sudah mendapatkan informasi bahwa Soeharto akan menyatakan berhenti sebagai Presiden pada keesokan harinya. Tetapi, tidak ada seorang pun pejabat negara yang bersedia dikonfirmasi soal itu.

"Kalau kami tulis kita sendiri yang bilang Pak Harto akan mundur besok pagi, kalau enggak jadi mundur, kredibilitas Kompas rusak. Jadi, kami perlu orang yang ngomong bahwa besok Pak Harto mundur atau judul apalah. Pokoknya isi dari judul Kompas itu memberitahu kepada masyarakat di pagi hari bahwa Pak Harto hari itu akan mundur," ujar James.

Sebuah judul pun dipilih mewakili kondisi pemerintahan Indonesia saat itu, yakni "Selamat Datang Pemerintahan Baru".

Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo mengakui, terjadi perdebatan dalam pemilihan judul itu.

Sebab, ia berpadangan, terlalu berisiko jika Kompas menulis judul terang-terangan bahwa Soeharto mundur.

"Kenapa judul itu yang dipilih? Karena Kompas akan terbit pada jam 07.00 atau jam 08.00 pagi dan Soeharto akan mengumumkan pengunduran diri jam 10.00 WIB sehingga tidak mungkin kami memberikan judul bahwa Soeharto mundur. Itu akan sangat berisiko secara politik kalau Soeharto membatalkan niatnya untuk mundur," ujar Budiman.

August Parengkuan kala itu berpikir bahwa pemerintahan boleh dibilang lumpuh. Dengan wewenang yang dimiliki, ia pun memutuskan untuk mencetak headline "Selamat Datang Pemerintahan Baru."

"Sudah lumpuh lah pemerintahan waktu itu sehingga siapa yang takut pada pemerintahan yang sudah lumpuh?" ujar August.

Akhirnya, pada 21 Mei 1998 pukul 09.05 WIB, di ruang Credentials Room di Istana Merdeka, Soeharto mengumumkan bahwa ia berhenti sebagai Presiden RI.

James mengatakan, "Ketika pagi-pagi akhirnya Pak Harto jadi mundur, kita jadi menang...".

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/21/10405931/dari-tepi-sungai-nil-soeharto-ungkap-keinginan-mundur-sebagai-presiden

Terkini Lainnya

Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Presiden Jokowi Bakal Resmikan Modeling Budidaya Ikan Nila Salin di Karawang Besok

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke