JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat dua puluh lima tahun lalu, yakni pada 21 Mei 1998, Bacharuddin Jusuf Habibie dilantik sebagai Presiden ke-3 RI di Istana Merdeka.
Pelantikan Habibie dilakukan pukul 09.10 WIB, usai Soeharto membacakan pidato pengunduran dirinya sebagai Presiden RI saat itu.
Habibie mengucapkan sumpah sebagai Presiden RI disaksikan oleh Soeharto dan para pimpinan Mahkamah Agung.
Wartawan Harian Kompas yang ketika itu bertugas meliput kegiatan di Istana Kepresidenan, Joseph Osdar, menceritakan detik-detik Habibie dilantik dan setelahnya.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Saat Soeharto Bacakan Pidato Pengunduran Diri di Istana Merdeka
Menurut Osdar, usai Habibie dilantik menjadi Presiden, Soeharto masih sempat menyalaminya.
Bahkan, Soeharto masih menyunggingkan senyum saat bersalaman dengan Habibie. Begitu juga saat bersalaman dengan pimpinan Mahkamah Agung.
Setelahnya, Pak Harto, panggilan akrab Soeharto, memberikan senyum dan lambaian tangan ke wartawan dan bergegas meninggalkan Istana Merdeka.
"Pak Harto keluar dari Istana Merdeka, terus pulang sama ajudan dan Mba Tutut ke Cendana (kediaman di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta)," ujar Osdar dalam wawancara khusus bersama Kompas.com, Senin (15/5/2023).
Baca juga: Sisyphus dan Reformasi: 25 Tahun Memperjuangkan Demokrasi
Osdar mengungkapkan, ia sempat ingin bergeser ke Cendana setelah itu. Sebab, ingin meliput seperti apa kondisi Cendana usai Soeharto mengundurkan diri dari jabatan yang dipegangnya selama 32 tahun.
Namun, saat itu seorang rekan wartawan dari media nasional mengingatkan masih ada berbagai aktivitas yang terjadi di Istana Kepresidenan.
"Waktu itu ada yang mengatakan, kita di sini saja. Kita ikuti suasana Istana setelah Pak Habibie dilantik," kata Osdar.
Para jurnalis Istana akhirnya memilih untuk tetap tinggal di Istana. Terlebih, setelah mendapat informasi bahwa tak lama lagi akan ada pengumuman kabinet baru Presiden Habibie.
"Kita menunggu situasi di Istana sambil mencari bocoran siapa saja besok yang dijadikan menteri kan," kata Osdar.
Baca juga: Upaya BJ Habibie Mengatasi Krisis Ekonomi
Para pewarta saat itu duduk di area koridor Istana yang berada di samping Wisma Negara.
Tak berapa lama, Pasukan Pengamanan Kepresidenan (Paspampres) meminta wartawan berpindah.
Para awak media kemudian memilih berpindah ke perssroom yang ada di Gedung Sekretariat Negara. Tujuannya agar bisa lebih dekat memantau kedatangan para tamu Presiden di hari itu.
"Karena kita sudah mendapatkan bocoran waktu itu Pak Prabowo (Prabowo Subianto, saat itu Pangkostrad) akan datang. Kemudian, Gubernur Bank Indonesia juga akan datang," ungkap Osdar.
"Kita sudah mulai mendengar dari sumber-sumber Istana bahwa ada penyerahan pasukan gitu juga kan," ujarnya lagi.
Baca juga: Yusril Kenang Saat Polisi Era Habibie Tak Tangkap Penggugat Keabsahan Mundurnya Soeharto
Oscar mengatakan, usai dilantik sebagai Presiden pada 21 Mei 1998, BJ Habibie tak langsung mengumumkan kabinetnya.
Namun, baru pada Jumat, 22 Mei, Presiden ke-3 RI itu menyampaikan siapa saja yang menjadi anggota kabinet baru, yakni Kabinet Reformasi Pembangunan.
"Jumat menjelang siang hari, Pak Habibie umumkan kabinet. Jadi kira-kira 24 jam setelah dilantik dia umumkan kabinet," kata Osdar.
Sebagian besar dari 14 menteri yang sebelumnya menyatakan undur diri dari kabinet terakhir Soeharto akhirnya bergabung dengan kabinet Habibie.
Kabinet baru tersebut mulai bertugas pada 23 Mei 1998.
Osdar mengungkapkan, usai Presiden Habibie mengumumkan jajaran kabinetnya, suasana Istana Kepresidenan justru lebih ramai.
Sebab, saat itu beredar informasi mengenai isu kudeta.
Meski informasi masih simpang-siur, wartawan Istana menjadi curiga ketika keluarga Habibie diharuskan berada di Wisma Negara yang masih satu kompleks dengan Istana Kepresidenan.
"Karena keluarga Pak Habibie semua harus kumpul di Wisma Negara. Kami melihat, bahwa itu menjadi situasi yang agak tanda tanya ya," ujar Osdar.
"Kenapa keluarganya Pak Habibie yang tinggal di Kuningan atau ada yang di tempat lain semua harus kumpul di Wisma Negara ? Nah itu dalam tanda kutip. Ini (diisukan) akan ada kudeta bersenjata gitu kan," katanya lagi.
Baca juga: 4 Penemuan BJ Habibie di Dunia Penerbangan, Ada yang Dibeli NASA
Saat itu, wartawan Istana mendapatkan bocoran informasi bahwa Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letjen Prabowo Subianto akan datang ke Istana.
Informasi lain menyebutkan bahwa di luar sudah terjadi pengerahan pasukan.
"Waktu itu kan katanya ada yang mengatakan ada pasukan dari luar Jakarta datang ke Istana sama ke Kuningan (kediaman Habibie). Itu kan pasukan pasukan memang datang, tapi katanya itu tidak koordinasi dengan Panglima ABRI (Pangab) Wiranto," ujar Osdar.
Ia menuturkan, saat Soeharto sudah lengser kondisi di Istana sudah mulai sedikit terbuka. Sehingga bocoran informasi-informasi terkini mulai mudah diketahui.
"Sehingga mulai gampang mendengar isu begitu kan. Itu Paspampres, Paspampres yang sebelumnya enggak bisa ngomong sudah mulai bisa ngomong lagi," kata Osdar.
Baca juga: Biografi BJ Habibie, Bapak Teknologi Indonesia
Pada akhirnya, Prabowo Subianto hadir di Istana pada 23 Mei 1998 menjelang sore hari.
Wartawan Istana saat itu menyaksikan kedatangan Prabowo dari jauh, yakni dari ruang media Sekretariat Negara.
Osdar mengatakan, jika dirunut dari penjelasan Habibie dalam bukunya, "Detik-detik yang Menentukan" saat itu kedatangan Prabowo di Istana dipertanyakan.
Sempat ada pula kekhawatiran jika Prabowo enggan menanggalkan senjata ketika bertemu dengan Habibie.
"Jelang sore itu, memang Pak Prabowo datang, memang kita melihat dari jauh. Saat itu, paling enggak setelah saya baca bukunya Pak Habibie, saat itu memang ada ketegangan dalam pertemuan itu. Kan Prabowo datang mempertanyakan mengapa dia diganti (sebagai Pangkostrad)," kata Osdar.
"Kelihatannya dia mau minta supaya enggak diganti dulu, minta supaya minta waktu. Menurut Pak Habibi, bahwa dia (Prabowo) harus diganti pada Jumat malam sebelum matahari terbenam harus diganti. Tapi kan dia menantu presiden kan, jadi penggantiannya agak susah kan tidak mulus. Tapi akhirnya digantikan," ujarnya lagi.
Osdar pun menambahkan bahwa saat bertemu Presiden Habibie, Prabowo sudah tidak membawa senjata.
Baca juga: Hari Pahlawan, Maruf Amin Tabur Bunga di Makam Habibie hingga Pahlawan Tak Dikenal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.