Fadli menjelaskan, sebelum Ketua Parlemen Suriah, pihaknya telah lebih dulu berdiskusi dengan delapan anggota Parlemen Grup Persahabatan Indonesia-Suriah.
“Sebelum bertemu Ketua DPR Suriah, kami berdiskusi panjang dengan Grup Persahabatan Parlemen Suriah dengan DPR,” kata dia.
Adapun pertemuan itu membahas sejumlah hal. Pertama, keduanya sepakat bahwa parlemen merupakan pendorong kerja sama di berbagai sektor. Kedua, urgensi memerangi terorisme dan ekstremisme.
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Tingkatkan Peremajaan Alutsista Indobatt di Lebanon
Ketiga, posisi strategis Indonesia di kancah internasional, baik secara geografis maupun sebagai salah satu pendiri Gerakan Non-Blok. Keempat, grup tersebut memuji Muslim Indonesia yang moderat dan ramah.
Kelima, grup itu memuji kebijakan a million friends and zero enemies dan ideologi Pancasila. Keenam, kedua belah pihak sepakat gagasan menghidupkan kembali Sidang Komisi Bersama antara Indonesia dan Suriah.
Ketujuh, grup tersebut berharap kontribusi Indonesia dalam merehabilitasi anak-anak Suriah yang terdampak konflik. Kedelapan, harapan bantuan alat kesehatan dari Indonesia untuk Suriah. Kesembilan, mentransformasikan hubungan erat kedua negara menjadi kerja sama nyata.
Selain itu, BKSAP DPR juga bertemu dengan Menteri Waqaf Suriah Mohammed Abdul Sattar. Beberapa topik yang dibahas adalah urgensi memfungsikan Islam sebagai elemen pemersatu serta urgensi memerangi terorisme dan ekstremisme.
Pada pertemuan itu, kedua belah pihak juga sepakat bahwa pelajar-pelajar Islam Indonesia di Suriah merupakan penguat hubungan kedua negara. BKSAP DPR juga mengapresiasi arahan Presiden Suriah untuk melindungi pelajar Islam Indonesia di negara tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.