Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

“Presiden Apa Anda? Anda Naif”

Kompas.com - 14/05/2023, 06:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JUDUL tulisan ini, saya kutip dari buku tulisan Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie berjudul “Detik-Detik yang Menentukan – Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi” yang diterbitkan THC Madiri, Kemang Selatan, Jakarta, tahun 2006.

Kalimat itu bagian dari dialog antara Presiden (waktu itu) Bacharuddin Jusuf Habibie dengan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto di Wisma Negara Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 22 Mei 1998.

Peristiwa ini menarik untuk saya tulis kembali karena pada Jumat, 22 Mei 1998 itu, saya berada di Kawasan kompleks Istana dan Sekretariat Negara, Jakarta.

Saat itu saya selesai meliput acara pengumuman susunan kabinet baru oleh Presiden (waktu itu) BJ Habibie di Istana Merdeka. Usai pengumuman, saya bersama beberapa teman duduk-duduk di dekat Wisma Negara.

Ketika duduk-duduk di tempat itu, dua anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) minta kami untuk meninggal wilayah tempat kami duduk.

Saya berpindah ke ruang wartawan di Gedung Sekretariat Negara, sambil mengamati suasana di Kawasan Wisma Negara.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat ditemui di rumahnya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/4/2023) malam. KOMPAS.com/ADHYASTA DIRGANTARA Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat ditemui di rumahnya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (27/4/2023) malam.
Dialog Prabowo – Habibie yang berlangsung 25 tahun silam, ada di halaman 102 – 103 buku setebal 549 halaman itu. Dialog selengkapnya yang ditulis BJ Habibie ini seperti berikut di bawah.

"……Dialog antara saya dan Pangkostrad, dan sebagaimana biasa kami bertemu, ia berbicara dalam Bahasa Inggris,” tulis Habibie (hal 101).

Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad,” demikian kata Prabowo waktu itu kepada BJ Habibie.

Saya menjawab, Anda tidak dipecat, tapi jabatan Anda diganti,” kata Habibie.

Mengapa?” tanya Prabowo.

Menjawab pertanyaan itu, Habibie mengatakan seperti ini: “Saya mendapat laporan dari Pangab (Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto), bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, yakni Kuningan (tempat tinggal Habibie dan keluarganya) dan Istana Merdeka.”

Saya bermaksud untuk mengamankan presiden,” kata Prabowo.

Itu adalah tugas Pasukan Pengamanan Presiden yang bertanggungjawab langsung pada Pangab dan bukan tugas Anda, jawab saya,” demikian kata Habibie.

Presiden apa Anda? Anda naif,” jawab Prabowo dengan nada marah.

Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang sangat memprihatinkan, jawab saya,” tutur Habibie.

Atas nama ayah saya, Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya, Presiden Soeharto, saya minta Anda memberi saya tiga bulan untuk menguasai pasukan Kostrad, “ mohon Prabowo.

Saya menjawab dengan nada tegas, tidak. Sampai matahari terbenam Anda sudah harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru,” kata Habibie.

Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya,” pinta Prabowo lagi.

Saya langsung menjawab, tidak. Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad yang baru. Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar di mana saja,” begitu ujar Habibie.

Yang saya kehendaki adalah pasukan saya,“ pinta Prabowo lagi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com