Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ada Darah, Keringat, dan Air Mata yang Tumpah untuk Cita-cita yang Kini Kita Nikmati"

Kompas.com - 13/05/2023, 10:49 WIB
Singgih Wiryono,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 menggelar acara refleksi peristiwa bersejarah 25 tahun reformasi di Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, Jakarta Timur, Jumat (12/5/2023).

Presidium PENA 98 Fendy Mugni mengatakan, masih lekat dalam ingatan saat-saat pemimpin tertinggi saat itu, Presiden Soeharto mengaku tunduk oleh kekuatan rakyat.

"Pasca-kejatuhan Soeharto kemudian harapan terhadap yang diperjuangkan gerakan reformasi mulai kelihatan," ujar Fendy dalam acara yang dihadiri ratusan mahasiswa UKI itu.

Baca juga: 25 Tahun Reformasi: Kisah Mahasiswa Kedokteran UKI Ubah Identitas Pasien untuk Kelabui Intel

Salah satu tandanya adalah gerakan untuk mendirikan partai yang mulai dibuka. Padahal, di zaman orde baru, partai dilebur hanya menjadi tiga, yaitu PDI, PPP, dan Golkar.

"Kita lihat juga ada sekian banyak juga media yang tumbuh tanpa takut diberedel ketika mengkritisi pemerintah," kata dia.

Bukti lainnya adalah setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Tak ada lagi istilah darah biru dalam pemerintahan, baik jajaran pemerintah pusat maupun daerah.

Pengunduran diri Presiden Soeharto yang mengawali masa reformasi Indonesiawikimedia.org Pengunduran diri Presiden Soeharto yang mengawali masa reformasi Indonesia

Contoh paling lekat adalah Presiden Joko Widodo yang dinilai sebagai representasi orang biasa yang bisa jadi pemimpin negara.

"Mau contoh? Jokowi salah satu contoh, bukan siapa2 bukan darah biru tapi bisa jadi presiden. Jadi ini adalah buah dari reformasi, suka enggak suka ini realitanya," kata dia.

Namun, Fendy kembali mengingatkan bahwa apa yang diraih oleh masyarakat hari ini tentang kebebasan dan demokrasi tak datang begitu saja.

Ada nyawa, darah, keringat, dan air mata yang jatuh ke bumi pertiwi untuk mewujudkan itu semua.

Baca juga: Mengingat Kembali Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, Ketika Mahasiswa di Dalam Kampus Ditembaki

"Kemudahan-kemudahan yang kita rasakan sekarang tidak dengan serta-merta kita dapatkan, hanya sekian banyak darah keringat, air mata yang tertumpahkan untuk sebuah cita-cita dan harapan serta fasilitas yang kita nikmati sekarang," kata dia.

Pada tanggal 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998.

Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.

Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.

Baca juga: Orangtua Korban Tragedi Trisakti: 18 Tahun Hidup Saya Berat...

Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com