JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Golkar dinilai mempunyai satu senjata pamungkas sebagai daya tawar untuk bisa bergabung dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) yang dihuni oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategi Agung Baskoro, partai berlambang pohon beringin itu bisa menggunakan persentase perolehan suara dan jumlah kursi mereka di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai daya tawar untuk bergabung dengan KKIR.
Hal itu, kata Agung, juga bisa digunakan oleh Golkar sebagai daya tawar dalam perundingan untuk memilih bakal calon wakil presiden sebagai pendamping Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang diusung sebagai bakal capres dari KKIR.
"Karena dari sisi suara atau kursi Golkar lebih unggul ketimbang PKB," kata Agung saat dihubungi Kompas.com, Jumat (12/5/2023).
Baca juga: PKB Resisten dengan Ide Airlangga Cawapres Prabowo, Golkar Minta Kesetaraan di Koalisi Besar
Menurut data Komisi Pemilihan Umum, perolehan suara PKB dalam Pemilu 2019 mencapai 13,57 juta suara atau 9,69 persen suara.
Dengan perolehan suara itu, PKB mendapatkan 58 kursi (10,09 persen) di DPR dari total 575 orang untuk periode 2019-2024.
Sementara itu perolehan suara Golkar pada Pemilu 2019 mencapai 17,23 juta atau 12,31 persen dari suara sah nasional.
Dengan jumlah suara itu, Golkar mendapatkan 85 kursi di DPR.
Agung menilai persaingan antara Golkar dan PKB bisa dilerai dengan keputusan politik Prabowo.
Baca juga: PKB dan Golkar Punya Kepentingan Berbeda, Koalisi Besar Dinilai Sulit Terwujud
Akan tetapi, di sisi lain, kata Agung, Golkar saat ini dalam posisi yang kurang menguntungkan.
Apalagi setelah mitra mereka di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) memilih merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), dan mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024.
Alhasil, kata Agung, pilihan Golkar untuk merapat kepada KKIR dan menyodorkan sang Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai kandidat bakal cawapres Prabowo dinilai langkah yang tepat.
Akan tetapi, kata Agung, PKB tentu tidak akan mau begitu saja menyerahkan posisi bakal cawapres karena mereka adalah salah satu partai yang merintis KKIR.
"Pilihan menjadi cawapres Prabowo menjadi pilihan rasional untuk segera dieksekusi. Walaupun PKB dan Cak Imin (Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar) akan dihadapkan pada pilihan untuk menerima atau tidak Airlangga sebagai cawapres Prabowo," ujar Agung.
Baca juga: Soal Kemungkinan Anies-Airlangga, Surya Paloh: Golkar Punya Strategi Sendiri
Sebelumnya diberitakan, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Nusron Wahid yang menjadi utusan tim pemenangan koalisi besar mengatakan, mereka tetap menginginkan sang Ketua Umum Airlangga Hartarto dipasangkan dengan Prabowo.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.