JAKARTA, KOMPAS.com - Batara Imanuel Sirait adalah salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang turun langsung dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998.
Dia turun bukan untuk menjadi peserta aksi, melainkan menjadi tim medis yang siap menolong mahasiswa yang terluka saat aksi.
Ceritanya bermula dari persiapan ambulans yang diinisiasi oleh para mahasiswa UKI untuk persiapan aksi 1998.
"Kami cari dari barang rongsokan ada teman yang dapat mobil L300 yang sudah tua berkarat, kita naik kalau kulit kena bisa tetanus," ucao Batara dalam acara Refleksi 25 Tahun Reformasi di UKI, Jakarta Timur, Jumat (12/5/2023).
Baca juga: Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta: Kronologi dan Dampak
Mobil itu kemudian dicat dengan manual menggunakan alat kuas, dibuatkan tanda palang, tapi palangnya warna biru.
Sedangkan alat medis dikumpulkan melalui swadaya, donasi dari mahasiswa yang berada atau para senior yang loyal luar biasa.
"Peralatan medis seadanya kita minta dari senior yang sudah bisa nyari duit. Jadi ambulans itu yang paling tidak layak, paling tidak lengkap tapi jangan-jangan itu ambulans paling produktif sepanjang perjuangan mahasiswa 98," ujar dia.
Cerita Barata berlanjut saat dia bertugas di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit UKI.
Hal unik yang ia kerjakan saat bertugas di UGD adalah mengganti identitas asli pasien mahasiswa yang masuk ke tempat kerjanya itu.
Baca juga: Saksi Bisu Kerusuhan Mei 1998 dan Sudut Kota yang Tak Kunjung Bangkit
"Semua korban mahasiswa yang masuk ke UGD itu kita ganti dengan nama identitas lain. Karena di depan UGD ada papan tulis dan namanya yang masuk harus kita tulis dengan diagnosis lengkap," ucap dia.
"Dan kalau intelijen masuk dengan gampangnya dia foto dia tracking kita dan bisa dijemput kapanpun semau mereka. Begitulah kejadian yang terjadi pada waktu itu," kata dia.
Pada tanggal 13 Mei hingga 15 Mei 1998, terjadi kerusuhan di Jakarta yang dikenal dengan Kerusuhan Mei 1998.
Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997.
Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.
Krisis ekonomi yang tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak.