JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak semua orang bisa mudik ke kampung halamannya selama periode libur Lebaran.
Salah satu yang tetap bertahan di Ibu Kota di tengah kerinduannya akan kampung halaman adalah Mai (31).
Ia adalah seorang pedagang minuman di sekitar kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
"Sejak balik lagi ke Jakarta waktu 2019, saya belum pernah mudik lagi ke Medan. Ongkosnya lumayan mahal," ucap Mai di sekitar kawasan TMII, Jakarta Timur, Minggu (23/4/2023).
Baca juga: Cuaca Berangin dan Berawan, Wahana Kereta Gantung TMII Ditutup Sementara
Mai lahir di Jakarta. Orangtuanya pun sudah puluhan tahun tinggal di Jakarta.
Namun, masih banyak saudara dan teman Mai yang tinggal di Medan.
Pada 2014, Mai sempat kembali ke Medan untuk urusan keluarga. Ia tinggal di sana hingga 2019.
Sejak kembali ke Jakarta pada 2019, Mai sering mendapat pertanyaan dari teman-teman dan sanak saudaranya.
"Mereka sampai sekarang masih suka nanya kapan saya balik ke sana. Biasanya pas Natal dan Tahun Baru pada nanyain," ucap Mai.
Baca juga: Beruntungnya Wisatawan yang Tidak Terjebak Macet Masuk TMII...
Pertanyaan itu pun kerap dilontarkan setiap ada saudara yang mengalami suatu peristiwa tertentu.
Mai tidak menampik, ia ingin mudik ke kampung halamannya. Hanya saja, saat ini ia masih terkendala oleh biaya.
"Karena naik pesawat, kalau ke sana palingan habis Rp 5 jutaan untuk tiket pergi dan pulang. Sejauh ini belum sempat ke sana. Nyari uang juga susah, jadi mau pergi pun sulit," jelas dia.
Selama berada di Medan, Mai mencoba peruntungan dengan membantu keluarganya berdagang sayur di pasar.
Mai mulai bersiap-siap pukul 24.00 WIB untuk mengambil dagangan di pasar induk.
Baca juga: Lebaran Hari Kedua, Puluhan Ribu Wisatawan Padati TMII Jakarta Timur
Ia mulai berjualan pukul 04.00 WIB-12.00 WIB. Ragam sayuran yang Mai jual mencakup cabai dan tomat.
"Waktu jualan di pasar dulu, sehari bisa raup ratusan ribu sih, sekitar Rp 500.000-an. Itu pendapatan bersih kalau tidak ada potongan untuk bayar utang," ungkap Mai.
Namun, karena suatu hal, Mai tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun Mai harus melakukanya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa saja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tau ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada 2019, Mai membantu menjaga warung milik orangtuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB pada hari biasa.
Baca juga: Wisatawan Bisa Belajar Budaya Sambil Berwisata di TMII Lewat Dendang Riang Lebaran
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp 300.000-Rp 500.000. Kalau hari libur, per hari kisaran Rp 1 juta. Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orangtuanya.
Mulai 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII. Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp 100.000-Rp 200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp 1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur Nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," pungkas Mai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.