"Waktu jualan di pasar dulu, sehari bisa raup ratusan ribu sih, sekitar Rp 500.000-an. Itu pendapatan bersih kalau tidak ada potongan untuk bayar utang," ungkap Mai.
Namun, karena suatu hal, Mai tidak lagi membantu keluarganya berdagang sayur.
Jika nekat ingin menjual sayur sendiri pun Mai harus melakukanya di pasar lain.
"Makanya saya pindah lagi ke Jakarta. Di sini enggak jualan sayur karena harus beradaptasi," ucap Mai.
"Pendatang kalau enggak kenal siapa-siapa saja di pasar ya agak sulit buat jualan. Belum lagi tau ambil barangnya di mana," imbuh dia.
Sejak kembali ke Jakarta pada 2019, Mai membantu menjaga warung milik orangtuanya.
Di sela-sela kesibukannya, Mai berprofesi sebagai pedagang minuman di sekitar TMII.
Mai berdagang setiap hari, mulai sekitar pukul 15.00 WIB-22.00 WIB pada hari biasa.
Baca juga: Wisatawan Bisa Belajar Budaya Sambil Berwisata di TMII Lewat Dendang Riang Lebaran
Sementara pada akhir pekan dan hari libur Nasional seperti Lebaran, Mai sudah menggelar lapak sejak pukul 08.00 WIB.
"Sebelum pandemi, pendapatan di hari biasa kisaran Rp 300.000-Rp 500.000. Kalau hari libur, per hari kisaran Rp 1 juta. Makanya, lumayan kalau jualan pas hari libur dan momen liburan kayak Lebaran," ujar Mai.
Sementara selama pandemi, yakni sepanjang 2020-2021, ia bertahan dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong milik orangtuanya.
Mulai 2022, Mai kembali menggelar lapak minuman di sekitar TMII. Pendapatan hariannya berkurang menjadi Rp 100.000-Rp 200.000.
Akan tetapi, pendapatan saat akhir pekan dan hari libur nasional tetap berada pada kisaran Rp 1 juta.
"Kalau tahun ini, pendapatan hari biasa dan libur Nasional balik lagi kayak sebelum pandemi, malah sedikit lebih bertambah," pungkas Mai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.