Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Helikopter Belum Bisa Evakuasi Jenazah Pratu Miftahul Arifin karena Terkendala Cuaca dan Medan

Kompas.com - 17/04/2023, 20:23 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Bagus Santosa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen Bambang Ismawan mengungkapkan, pihaknya mengalami kesulitan dalam mengevakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin, prajurit, yang gugur ditembak teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam operasi pencarian pilot Susi Air Philip Marks Methrtens.

Bambang mengatakan, proses evakuasi ini terhambat karena cuaca, terutama kabut yang sering muncul.

"Sampai tadi siang belum bisa diambil (jenazahnya). Karena memang pertama di sana cuacanya tidak menentu, kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah, habis itu tertutup kabut," ujar Bambang saat ditemui di Monas, Jakarta, Senin (17/4/2023).

Baca juga: Kronologi Pratu Arifin Gugur Usai Ditembak KKB di Nduga, Korban Terjatuh ke Jurang

Bambang menjelaskan, karena faktor cuaca tadi, helikopter yang diterjunkan pun belum bisa merapat ke lokasi evakuasi.

Selain itu, medan di lokasi yang tidak datar juga menjadi hambatan bagi TNI melakukan evakuasi jenazah Pratu Arifin.

"Karena memang di samping cuaca kan medannya bukan medan datar. Ya itu memang kendala utama," tuturnya.

Kronologi Pratu Arifin gugur ditembaki KKB

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Julius Widjojono memaparkan kronologi soal peristiwa prajurit Satuan Tugas (Satgas) Batalion Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna yang diserang KKB saat operasi pencarian pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37).

Adapun penyerangan tersebut terjadi di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, Sabtu (15/4/2023) sore WIT.

Akibat penyerangan itu, satu prajurit Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Pratu Miftahul Arifin, gugur.

Baca juga: Pratu Miftahul Arifin Gugur dalam Serangan KKB di Distrik Mugi

Julius mengatakan, peristiwa penyerangan itu terjadi ketika Satgas Yonif Raider 321 sedang mendekati posisi penyandera Philips.

“Dari Satgas (Yonif Raider 321) mencoba menyisir mendekati posisi dari para penyandera (KKB), kemudian ada serangan dari mereka (kelompok kriminal bersenjata),” kata Julius saat konferensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Minggu (16/4/2023).

Akibat penyerangan tersebut, Pratu Miftahul Arifin terjatuh ke jurang dengan kedalaman 15 meter.

Setelah itu, lanjut Julius, terjadi serangan lanjutan dari KKB terhadap Satgas Yonif Raider 321.

“Ketika (prajurit) mencoba untuk menolong (Pratu Miftahul), (mereka) mendapatkan serangan ulang,” ujar Julius.

Baca juga: Soal Penembakan KKB di Nduga, Kapolri Kerahkan Personel Lakukan Penegakan Hukum


Julius membantah bila disebutkan ada enam prajurit yang gugur akibat penyerangan susulan itu. Dia mengatakan, kondisi prajurit lain yang mendapatkan serangan susulan itu masih didalami.

“Kondisi lainnya masih dalam tahap pendalaman,” tutur Julius.

“Untuk jumlah korban nanti akan kami data ulang, dan kami sampaikan,” kata Julius.

Terpisah, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel (Kav) Herman Taryaman mengatakan, penyerangan tersebut terjadi pada Sabtu, sekira pukul 16.30 WIT.

“Kejadian penyerangan oleh gerombolan KST (kelompok separatis teroris) terhadap prajurit TNI yang sedang melaksanakan tugas di wilayah Kabupaten Nduga dalam rangka pencarian pilot Susi Air,” kata Herman saat dihubungi, Minggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com