JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Prabowo Subianto tak bisa menutup kehangatan hubungannya dengan Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra, saat keduanya bertemu di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (6/4/2023) sore.
Usai melangsungkan pertemuan secara tertutup selama sejam, Prabowo mengungkap bahwa dirinya telah bersahabat dengan Yusril cukup lama yakni sejak 40 tahun silam.
"Semua masalah dibahas tadi. Dan... Kalau PBB hari ini tidak dukung saya, kebangetan," seloroh Prabowo yang diikuti oleh tawa elite kedua partai.
Baca juga: Prabowo: Kalau PBB Tidak Dukung Saya Kali Ini, Kebangetan
Hal itu pun turut diamini oleh Yusril. Menurutnya, dirinya telah mengenal Prabowo sejak tahun 1980.
"Jadi pada waktu itu saya masih umur 20-an tahun, kenal dengan Pak Prabowo. Beliau masih muda pada waktu itu ya, (dan) saya (juga) masih jauh lebih muda daripada beliau," kata Yusril.
Meski sudah bersahabat cukup lama, Yusril mengaku sudah 4 tahun terakhir tidak bertemu dengan Prabowo.
Diketahui, Yusril dan PBB sebelumnya sempat mendukung pencalonan Prabowo sebagai presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu. Saat itu, Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno untuk menghadapi pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Baca juga: PBB Datangi Rumah Prabowo Hari Ini, Tawarkan Yusril Jadi Cawapres Prabowo
Sebagai sahabat lama, diskusi kerap menjadi makanan sehari-hari. Prabowo bercerita tak jarang dirinya berbeda pendapat dengan Yusril ketika berdiskusi.
"Jadi ini sebetulnya pertemuan kawan lama. Dan kawan lama pun belum tentu setiap saat itu sependapat. Sering kita berbeda pendapat, tapi tetap kita harus bersahabat," jelas Prabowo.
Meski berbeda pendapat, bukan berarti hal itu menyurutkan persahabatan mereka.
Bagi Prabowo, saling mengoreksi dan saling mengingatkan di dalam iklim demokrasi merupakan hal yang sangat penting.
Baca juga: Gerindra Masih Berharap Sandiaga Uno Tidak Pindah ke Partai Lain
Yang penting, kata dia, tidak saling menghujat karena hal itu tidak cocok dengan budaya Indonesia.
"Jangan ada saling menghujat, saling mengejek, hal-hal yang negatif seperti itu tidak pantas, dan tidak perlu, dan tidak cocok untuk budaya Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Yusril mengungkapkan, diskusi yang cukup intensif dilakukan keduanya terutama di masa Orde Baru.
"Dan terus sering bersama-sama beliau, lebih-lebih ketika beliau juga menangani krisis tahun 1998 ya,"
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.