Ia hanya menyampaikan, kehadirannya ke Nasdem Tower merupakan bentuk persahabatan yang sudah lama terjalin dengan Surya Paloh.
Baca juga: Lewat Pantun, PKS Beri Sinyal Ajak Partai Golkar Gabung Koalisi Perubahan
Surya Paloh tak lain adalah senior Airlangga ketika masih bergabung di Golkar dengan jabatan Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar.
"Ya kalau koalisi sama-sama punya koalisi. Tentu dengan koalisi yang sama komunikasi menjadi hal yang penting di dalam politik," tutur dia.
Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengakui bahwa pertemuan Airlangga dan Surya Paloh tersebut turut membahas kemungkinan adanya koalisi besar.
"(Pertemuan) memperdalam kemungkinan-kemungkinan untuk bisa melakukan kerja sama, itu saja," kata Doli ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (27/3/2023).
Doli menyatakan, pertemuan dengan Surya Paloh tentu tak dilakukan sekali.
Menurutnya, untuk membangun kerja sama, diperlukan pertemuan sebanyak mungkin dengan tokoh-tokoh parpol.
"Enggak bisa sekali ketemu. Banyak yang diperbincangkan, didiskusikan untuk menyamakan visi dan platform itu. Jadi diskusinya panjang dan bisa berkali-kali," jelasnya.
Dalam pemerintahan era Presiden Joko Widodo sejak 2014, Golkar dapat dikatakan tidak mempunyai pengalaman yang panjang dalam beroposisi.
Pada Pilpres 2019, misalnya. Golkar memilih menyatu dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang diisi oleh PDI-P, Nasdem, PKB, PPP, Partai Hanura, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Perindo, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
KIM ketika itu mengusung pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin yang berhasil memenangkan Pilpres 2019.
Baca juga: Golkar Akui Pertemuan Airlangga dan Surya Paloh Perdalam Kemungkinan Koalisi Besar
Pada Pilpres 2014, Golkar ketika memilih berseberangan dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang mengusung Jokowi dan Jusuf Kalla.
Kala itu, Golkar memilih berlabuh ke Koalisi Merah Putih (KMP) yang terdiri dari Gerindra, PAN, PPP, PKS, dan Partai Bulan Bintang (PBB), yang mengusung Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.
Setelah Pilpres 2014 rampung dengan kemenangan Jokowi-Jusuf Kalla, Golkar kala itu tak begitu lama dalam barisan oposisi yang digawangi oleh KMP.
Sebab, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Golkar pada 25 Januari 2016, Partai Golkar yang ketika itu di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie resmi menyatakan dukungannya kepada pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.