Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Duet Prabowo-Ganjar: Dipertemukan Jokowi, Disambut Gerindra, Disangsikan PDI-P

Kompas.com - 18/03/2023, 06:15 WIB
Fitria Chusna Farisa

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024 jadi perbincangan hangat belakangan ini.

Desas-desus itu bermula dari momen keakraban keduanya bersama Presiden Joko Widodo dalam acara panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Seolah bersambut, Gerindra tampak memberikan sinyal restu atas wacana itu. Namun, PDI Perjuangan, partai yang menaungi Ganjar, seakan tak menunjukkan kehangatan serupa.

Baca juga: Jika Berduet, Prabowo-Ganjar Bakal Lahirkan Gerbong Koalisi Besar, Lebur Kekuatan Gerindra dan PDI-P

“Dipertemukan” Jokowi

Semua ini bermula ketika Kamis (9/3/2023), Prabowo dan Ganjar “dipertemukan” oleh Jokowi. Ketiganya tampak begitu hangat mengikuti panen raya padi di Desa Lenjer, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Jokowi, Prabowo, dan Ganjar tak hanya berbincang, tapi juga saling lempar candaan.
Beberapa kali ketiganya berswafoto bersama para petani di tengah pematang sawah.

Kemesraan tersebut seketika memunculkan spekulasi publik. Banyak yang menduga, Jokowi sengaja mempertemukan Prabowo dan Ganjar untuk kepentingan politik 2024.

Namun, desas-desus tersebut dibantah oleh Jokowi. Presiden mengatakan, pertemuan itu semata-mata untuk melaksanakan panen raya di desa setempat.

Baca juga: Soal Kemungkinan Prabowo-Ganjar, Hasto Tegaskan Kader PDI-P Harus Capres

Jokowi mengajak Prabowo dalam kegiatan tersebut lantaran Menteri Pertahanan itu kebetulan hendak menghadiri pertemuan di Magelang, Jawa Tengah. Sementara, Ganjar hadir karena dia merupakan Gubernur Jateng.

“Itu panen raya di sawah. Kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang, saya ajak bareng, berhenti di Kulonprogo. Karena pertemuan Pak Prabowo siang, sudah kita ke sawah dulu, panen raya. Ada saya, Pak Prabowo, Pak Ganjar, sudah," kata Jokowi saat dimintai keterangan di Denpasar, Bali, Senin (13/3/2023).

Kendati membantah adanya tujuan politik, Jokowi tak menyangkal bahwa Prabowo dan Ganjar sama-sama ideal untuk dijagokan sebagai calon presiden (capres) pada pemilu mendatang.

“Ideal semua (jadi capres 2024),” kata kepala negara.

Disambut Gerindra

Wacana menjodohkan Prabowo dengan Ganjar itu pun seolah disambut baik oleh Gerindra. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengatakan, partainya berpeluang mendukung Ganjar pada pilpres mendatang.

Asalkan, kata dia, dalam kontestasi itu Ganjar berpasangan dengan Prabowo, sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Baca juga: Ganjar Kerap Dilirik Parpol Lain untuk Jadi Capres, PDI-P Singgung Soal Kaderisasi

“Ya saya kira terbuka kalau Pak Ganjar mau ikut dengan Pak Prabowo, dengan catatan Pak Prabowo calon presiden," kata Hashim saat ditemui di Gedung Joang ‘45, Jakarta, Minggu (12/3/2023).

Hashim mengatakan, jika kedua tokoh tersebut berduet, Prabowo harus duduk di kursi capres, sedangkan Ganjar cawapres. Sebab, menurutnya, Prabowo lebih berpengalaman ketimbang Ganjar.

“Pak Prabowo jauh lebih senior, 15 tahun lebih tua pengalamannya berbeda kan," ujarnya.

Namun demikian, Hashim bilang, keputusan soal cawapres Prabowo bakal dibahas bersama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Pasalnya, Gerindra telah sepakat berkoalisi dengan partai pimpinan Muhaimin Iskandar itu untuk Pemilu 2024.

"Kemungkinan itu terbuka kalau Pak Ganjar mau jadi. Tapi, harus disetujui oleh PKB. Kan begitu harus disetujui PKB, kami terbukalah," tutur adik Prabowo itu.

Baca juga: Gerindra dan PDI-P Ngotot Harus Capres di Wacana Duet Prabowo-Ganjar

Ditolak PDI-P

Berbeda dengan Gerindra, PDI-P menyiratkan penolakan atas wacana duet Prabowo sebagai capres dan Ganjar sebagai cawapres. Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, kader partainya harus ditempatkan di kursi calon RI-1.

"Ya, kader dari PDI Perjuangan (harus capres), sebagai partai pemenang pemilu dengan kepercayaan rakyat dua kali berturut-turut tentu saja kami akan mengusung calon presiden," kata Hasto di Sentul, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).

Kendati demikian, Hasto menyatakan, partainya tidak akan berjuang sendirian pada Pemilu 2024. PDI-P terbuka untuk berkoalisi dengan partai lain, dengan syarat kandidat capres harus dari partai banteng.

“Terkait dengan calon presiden, sebagaimana amanat Ibu Megawati Soekarnoputri pada saat hari ulang tahun PDI Perjuangan yang ke-50, PDI Perjuangan akan mendorong kader internal untuk sebagai calon presiden," tegasnya.

Baca juga: Politisi PDI-P: Megawati Selalu Last Minute Tentukan Capres

Meski begitu, hingga kini PDI-P belum mengumumkan kandidat capres maupun cawapres. Hasto menegaskan, keputusan terkait pencapresan ada di tangan Megawati Soekarnoputri sebagai pimpinan partai tertinggi.

Termasuk, mengenai wacana duet Prabowo-Ganjar, kata Hasto, sepenuhnya menjadi kewenangan Mega.

"Ya nanti Ibu Megawati Soekarnoputri yang akan memutuskan pasangan yang terbaik dan sesuai dengan yang menjadi harapan rakyat," ujarnya.

Kekuatan besar

Membaca ini, Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menduga, dipertemukannya Prabowo dengan Ganjar oleh Jokowi di momen panen raya beberapa waktu lalu sedianya bermuatan politis.

Menurut Umam, pertemuan itu menunjukkan bahwa Jokowi sedang menegaskan preferensi politiknya untuk Pemilu 2024.

“Gabungan pasangan Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo merupakan proposal politik yang hendak diajukan Jokowi kepada Ketum PDI-P Megawati,” kata Umam kepada Kompas.com, Kamis (16/3/2023).

Duet Prabowo dan Ganjar pun disebut bakal menghadirkan kekuatan besar. Tidak hanya elektabilitas keduanya yang mumpuni, namun kedua tokoh juga berasal dari dua partai besar, Prabowo dari Gerindra dan Ganjar dari PDI-P.

Survei berbagai lembaga menempatkan Ganjar di puncak elektabilitas kandidat calon presiden. Tingkat elektoral orang nomor satu di Jawa Tengah itu tembus 30 persen.

Sementara, Prabowo mengekor di urutan kedua dengan tingkat elektoral di kisaran 20 persen, melampaui elektabilitas mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Dengan modal elektabilitas tersebut, kata Umam, Prabowo dan Ganjar berpeluang mengonsolidasikan basis pemilih yang kuat. Partai-partai lain diyakini bakal tergoda untuk bergabung jika benar kedua tokoh tersebut berpasangan.

“Hadirnya ‘superblock’ diyakini memiliki potensi kemenangan lebih terbuka, berpeluang menarik partai-partai politik kelas menengah seperti PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dan PAN (Partai Amanat Nasional),” katanya.

Baca juga: Tak Kunjung Putuskan Koalisi, PDI-P: Bukan Sombong, tapi Cuma Kita yang Bisa Usung Presiden

Namun demikian, Umam menduga, wacana menjodohkan Prabowo dengan Ganjar bakal terganjal kepentingan masing-masing partai.

Sejak lama, Gerindra menyatakan bakal mengusung Prabowo sebagai calon RI-1. Tampaknya, buat Gerindra, Prabowo capres harga mati.

Sementara, PDI-P juga telah menegaskan bakal mengusung kader sendiri sebagai calon presiden.

Memang, hingga kini partai pimpinan Megawati itu belum bicara ihwal kandidat capres. Namun, jika pada akhirnya Ganjar yang dijagokan, Umam yakin PDI-P bakal bersikukuh menempatkan kadernya di kursi capres.

Mengingat elektabilitas PDI-P di atas Gerindra dan tingkat elektoral Ganjar mengungguli Prabowo, partai banteng diduga tak akan bersedia ditempatkan di kursi calon RI-2.

“Karena itu, proposal Ganjar-Prabowo akan menjadi lebih rasional ketimbang Prabowo-Ganjar,” ucap Umam.

Baca juga: Jika PDI-P dan Gerindra Berkoalisi Usung Ganjar-Prabowo, Partai-partai Lain Diprediksi Merapat

Jika pun skema demikian yang ditawarkan, Umam menduga, Gerindra dan Prabowo tak akan keberatan.

Usai Pemilu 2019 saja, Prabowo menerima tawaran untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Jokowi. Padahal, sebelumnya Prabowo dan Jokowi berkompetisi sengit di panggung pemilihan.

“Jika posisi Menteri Pertahanan saja ia terima, tentu posisi cawapres akan jauh lebih menggiurkan jika memiliki potensi kemenangan yang lebih besar,” tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Umam menambahkan, wacana menduetkan Prabowo dengan Ganjar ini masih perlu pembahasan panjang. Butuh negosiasi mendalam antara Gerindra dan PDI-P untuk mencapai kesepakatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com