JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyayangkan sektor wong cilik kurang diperhatikan pemerintah.
Hal ini disampaikan AHY dalam pidato politik di lapangan tenis indoor, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).
Awalnya, AHY menyoroti mengenai pentingnya implementasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dirancang oleh pemerintah dan DPR.
Baca juga: Enggan Bandingkan Anies dan AHY, Emil Dardak: Ini Bukan Komparatif
Menurutnya, anggaran yang sudah disusun tidak akan berhasil tanpa adanya implementasi yang baik.
"Jika dalam praktiknya, anggaran kementerian, lembaga dan pemerintah daerah, dipotong dalam jumlah besar, maka mereka akan sulit untuk memenuhi sasaran-sasaran pembangunannya," kata AHY.
AHY mencontohkan mengenai dampak apabila terjadi pemotongan anggaran yang terlalu besar terhadap lembaga negara, pada sektor militer, misalnya.
Menurutnya, jika anggaran militer dipotong terlalu besar justru dikhawatirkan akan mengganggu pelaksanaan tugas pokok TNI.
"Kita tidak ingin, para prajurit TNI tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, akibat pemotongan anggaran itu. Padahal tugas TNI memiliki risiko yang tinggi," tegas AHY.
Baca juga: AHY: Anggaran Negara Terlalu Banyak untuk Proyek Mercusuar, Tak Menyentuh Wong Cilik
AHY juga mengingatkan supaya jangan sampaikan kebijakan yang ada kurang berpihak kepada wong cilik.
"Selanjutnya, jangan sampai pula kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada wong cilik," ungkap AHY.
"Contohnya, dari 143 juta angkatan kerja, sektor pertanian menyumbang 38 juta tenaga kerja atau 26 persennya. Jadi, sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang paling utama," sambung dia.
AHY pun menyayangkan bahwa sektor wong cilik saat ini justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Bahkan, kata dia, anggaran Kementerian Pertanian pun minim.
"Tahun ini saja, anggarannya hanya Rp 15 triliun. Angka ini setara dengan alokasi APBN untuk sektor pertanian tahun 2014. Padahal, postur APBN tahun 2023 ini, 700 Triliun rupiah lebih banyak dari 2014," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.