JAKARTA, KOMPAS.com - Duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan politikus PDI Perjuangan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2024 dinilai mustahil.
Sebabnya, elektabilitas Gerindra dan Prabowo tak lebih unggul dari tingkat elektoral PDI-P maupun Ganjar.
"Duet Prabowo dengan Ganjar sangat mustahil," kata pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno kepada Kompas.com, Selasa (14/3/2023).
Baca juga: Ganjar Kerap Dilirik Parpol Lain untuk Jadi Capres, PDI-P Singgung Soal Kaderisasi
Menurut survei berbagai lembaga, Ganjar mengantongi elektabilitas kandidat capres tertinggi dengan angka elektoral tembus 30 persen.
Gubernur Jawa Tengah itu berhasil menggeser posisi Prabowo yang elektabilitasnya kini berada di urutan kedua, berbalapan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Selain itu, PDI-P, partai yang menaungi Ganjar, merupakan parpol pemenang pemilu dua kali berturut-turut. Pada Pemilu 2019 lalu, partai banteng mengantongi 27.053.961 atau 19,33 persen suara.
Jumlah tersebut jauh melampaui Partai Gerindra yang memperoleh 17.594.839 atau 12,57 persen suara.
Baca juga: Soal Kemungkinan Prabowo-Ganjar, Hasto Tegaskan Kader PDI-P Harus Capres
"Soal daya adaptasi dan penerimaan publik, dari segi kepartaian, dari figur, tentu PDI-P dan Ganjar jauh lebih diterima oleh publik, terutama dari angka-angka survei, ketimbang Gerindra dan Prabowo," ujar Adi.
Adi yakin, sebagai penguasa dan satu-satunya partai yang memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold, PDI-P enggan menempatkan kadernya "hanya" di kursi calon RI-2.
Apalagi, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri telah menyatakan bahwa partainya bakal mengusung kader sendiri sebagai capres pada Pemilu 2024.
"Itu fatsun politik, fatwa politik yang dikeluarkan oleh Megawati yang tentu saja akan diamini. Oleh karena itu, 2024 wajib hukumnya kader PDI-P jadi capres, bukan cawapres," katanya.
Kendati demikian, Adi menyebut, Prabowo dan Ganjar berpotensi menang jika berduet pada pemilu mendatang. Keduanya dinilai bisa saling melengkapi.
Sosok Ganjar yang punya basis massa kuat di sejumlah wilayah seperti Jawa Tengah dan Bali disebut mampu menutupi kelemahan Prabowo yang massa pendukungnya masih lemah di daerah-daerah tersebut.
Namun, Adi kembali menegaskan, sulit memasangkan keduanya, apalagi jika Gerindra kukuh ingin mencapreskan Prabowo.
"Nggak mungkin membangun koalisi antara PDI-P dan Gerindra kalau dua-duanya sama-sama ngotot sebagai capres. Mesti ada negosiasi, mesti ada kompromi politik yang paling memungkinkan," tutur Adi.
Baca juga: Gerindra dan PDI-P Ngotot Harus Capres di Wacana Duet Prabowo-Ganjar