Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kajian Lemhannas: Aksi Kekerasan di Papua Cenderung Meningkat di Era Jokowi

Kompas.com - 22/02/2023, 16:36 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto menyebutkan bahwa aksi kekerasan di Papua cenderung meningkat di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal itu disampaikan Andi saat memaparkan hasil kajian Lemhannas dalam forum komunikasi bersama media di Kantor Lemhannas, Jakarta, Rabu (22/2/2023).

“Kalau dari sisi data kuantitatif, aksi kekerasan Papua itu masih cenderung meningkat. Di masa Pak Jokowi malah cenderung meningkat. Itu temuan pertama,” ujar Andi.

Kemudian, temuan kedua, aksi kekerasan di Papua tidak berpola, kecuali soal lokasi.

Baca juga: Kontras Desak TNI-Polri dan OPM Hentikan Konflik Senjata di Papua

“Kalau lokasi kita bisa tahu, modusnya, terbanyaknya ada di mana, di kabupaten mana, wilayah mana, ada polanya. Tapi, selain lokasi, tidak ada polanya,” kata Andi.

“Dilakukan bulan apa, dilakukan dengan sebab apa, oleh kelompok apa, menyerang apa, tidak ada polanya, dan itu mengkhawatirkan karena tidak polanya,” ujarnya melanjutkan.

Temuan Lemhannas selanjutnya, aksi kekerasan di Papua tidak ada korelasinya dengan indikator ekonomi dan sosial.

“Dana otsus dengan aksi kekerasan, data menunjukkan tidak ada korelasi. Tingkat kemiskinan, tidak ada korelasi. Pengangguran terbuka, tidak ada korelasi,” kata Andi.

Baca juga: Kontras Sebut Perjanjian Jeda Kemanusiaan Komnas HAM Gagal Berikan Solusi untuk Konflik Papua

Oleh karena itu, Lemhannas belum mempunyai treatment atau solusi untuk mengatasi aksi kekerasan di Papua.

“Dalam artian, kita belum punya treatment tentang Papua. Harus dicari treatment-nya apa untuk Papua tersebut,” kata Andi.

“Berbeda dengan teror, kalau teror trennya turun. Bisa kita lihat tiga babak teror itu, Al-qaeda, JI (Jamaah Islamiyah), ISIS (Islamic State of Iraq and Syria), JAT (Jamaah Ansharut Tauhid). Lalu, bergerak ke Filipina Selatan, mujahidin Indonesia timur, Indonesia barat, tiga babak. Babak satu, babak dua, babak tiga, terlihat penurunan kasus terornya,” ujarnya lagi.

Baca juga: Kontras Sebut 60.642 Warga Sipil Mengungsi dan 732 Tewas akibat Konflik Bersenjata di Papua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com