JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai wajar apabila Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terlihat masih main mata dengan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno agar mau bergabung menjadi kader.
Sebab, Sandiaga Uno dinilai bakal mendongkrak ketertinggalan elektabilitas PPP jika bergabung dan dicalonkan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
"PPP tidak miliki tokoh yang bisa dijadikan bergaining power ke calon mitra koalisi, ini menjadikan Sandiaga sasaran manis bagi PPP," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (21/2/2023).
"Kehadiran tokoh populer diperlukan bagi PPP untuk mendongkrak ketertinggalan elektabilitas," ujarnya lagi.
Baca juga: Mardiono Ungkap Alasan PPP Naksir Sandiaga Uno untuk Jadi Capres
Diketahui, dalam survei terkini Litbang Kompas, posisi elektabilitas PPP memang tertinggal jauh dari partai lainnya.
Bahkan, elektabilitas partai berlambang kabah ini berada di bawah parliamentary threshold atau ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Elektabilitas PPP hanya 2,3 persen.
Tak hanya populer, sosok Sandiaga juga dianggap memiliki daya logistik yang bisa membantu PPP menghadapi Pemilu 2024.
Akan tetapi, Dedi mengatakan, PPP perlu mencermati isu belakangan yang menerpa Sandiaga. Khususnya terkait polemik utang piutang dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Baca juga: Mardiono Ajak Sandi Gabung ke PPP untuk Jadi Capres, Bukan Ketum
Menurut Dedi, dana kampanye Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 justru bukan berasal dari Sandiaga.
Ia mengatakan, fakta ini akan memunculkan persepsi bahwa Sandiaga Uno minim logistik.
"Situasi ini juga perlu dipertimbangkan PPP. Jangan sampai mendapat tokoh yang seolah membantu, tetapi justru malah menjadi beban," kata Dedi.
Sebelumnya diberitakan, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono mengungkapkan alasannya ingin mengajak Sandiaga Uno bergabung dan mengusungnya sebagai calon presiden (capres).
Baca juga: Survei Litbang Kompas: Elektabilitas PAN dan PPP di Bawah Parliamentary Threshold
Pertama, menurut Mardiono, Sandiaga Uno dianggap sebagai figur yang berpengalaman memimpin organisasi.
"Pak Sandi track record-nya pernah memimpin organisasi-organisasi seperti Hipmi DKI Jakarta, panjanglah,” ujar Mardiono pada Kompas.com, Senin (20/2/2023).
Kedua, pengalaman politik Sandiaga cukup mumpuni ketika berkontestasi dalam Pilgub DKI Jakarta 2017, dan mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2019.
"Waktu menjadi calon wakil gubernur DKI cukup mendapatkan suara besar. Kemudian, ketika mendampingi Pak Prabowo jadi wakil presiden juga mendapatkan suara yang besar,” katanya.
Pencapaian itu, kata Mardiono, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah berinvestasi cukup lama pada Sandiaga Uno.
Oleh karenanya, PPP ingin mendorong Sandiaga Uno mengikuti kontestasi Pilpres 2024.
Baca juga: Survei Litbang Kompas: PAN Punya Persentase Pemilih Tetap Terbanyak, Diikuti PDI-P dan PPP
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.