Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Nuri
Peneliti

Ketua PW GP Ansor Banten

Menyadari Andil Monumental NU

Kompas.com - 20/02/2023, 14:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sederet kiprah yang diperankan oleh tokoh-tokoh NU lintas generasi merupakan manifestasi dari keterbukaan serta keluasan cara berpikir dan bertindak organisasi berlambang bola dunia ini.

Dengan lain perkataan bahwa NU sudah menjalankan pengabdian (khidmat) secara global sejak dahulu kala.

Meski demikian, ada saja pihak yang menilai peran NU sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

Pada titik ini saya tidak sedang membantah siapapun. Namun kiranya perlu bagi kita untuk menahan diri dari pertanyaan dan pernyataan yang tidak relevan dengan dimensi dan cakupan pengabdian NU dengan ukuran praktis.

Menyadari andil NU

Jangan samakan pertanyaan soal efektifitas peran NU dikancah nasional maupun global dengan pertanyaan tentang seberapa efektif asupan makanan untuk mengusir rasa lapar, atau mempertanyakan seberapa efektif minum air untuk memuaskan dahaga.

Menghitung dampak diplomasi perdamaian tokoh NU dipentas dunia memerlukan uji keberlanjutan masa yang ukurannya bisa tidak pasti. Bisa satu dekade, dua dekade, atau bahkan setengah abad.

Bahkan untuk mengukur standar keberhasilan seorang siswa yang dididik selama 12 tahun di bangku sekolah saja memerlukan ukuran waktu lama dan variabel yang kompleks.

Kesuksesan seorang siswa di bangku sekolah tidak menjamin kesuksesan kariernya di masa depan. Yang berlaku bisa jadi sebaliknya, seorang siswa yang biasa-biasa saja alias tidak punya prestasi ketika sekolah justru hidupnya lebih sukses.

Tinggal kesuksesan seperti apa yang kita jadikan standar, apakah kesuksesan materil, atau peran morilnya di tengah publik.

Yang ingin saya katakan ialah semua hal bisa diukur, tergantung instrumen dan patokan nilai seperti apa yang dikehendaki.

Tetapi sekali lagi, mengukur peran suatu entitas sebesar NU khususnya yang terkait dengan dampaknya secara menyeluruh adalah pekerjaan yang melampaui kata sukar.

Meski demikian kita sebagai mahluk yang bernalar bisa menangkap dan merasakan gejala-gejalanya.

Apakah keharmonisan yang kita nikmati di Indonesia datang dengan ujug-ujug, atau karena keberadaan entitas yang bersalin rupa sebagai tangan kreatif yang menopang keharmonisan di tengah kemajemukan Indonesia?

Kita juga bisa melakukan simulasi-simulasi, seandainya tidak ada NU yang mengasuh dan mewakili puluhan juta mayoritas umat di Indonesia, apakah Pancasila bisa bertahan di antara keberadaan kelompok yang terang-terangan menentang dan ingin mengubahnya?

Apakah Indonesia tetap seperti ini (bersatu) ataukah justru terjebak perang saudara seperti yang dialami banyak negara di di Timur Tengah?

Simulasi juga bisa kita persempit dalam ruang keseharian kita, apakah ketiadaan NU menjamin diskursus keagaman di Tanah Air, misalnya, tentang bab fiqih bisa disajikan secara luas dengan selipan guyon atau justru berlangsung kaku dengan tafsiran teks secara hitam-putih.

Yakinilah bahwa semua ketenteraman dan warna hidup yang kita rasakan dalam keseharian dan lingkungan yang lebih luas sebagai bangsa, adalah anugerah Allah SWT melalui hamba-hambanya dan organisasi bikinan hamba-hambanya, termasuk yang beberapa hari lalu melangsungkan puncak resepsi satu abad di Sidoarjo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Ketum PGI: 17 Kali Jokowi ke Papua, tapi Hanya Bertemu Pihak Pro Jakarta

Nasional
Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Kasus Brigadir RAT, Beda Keterangan Keluarga dan Polisi, Atasan Harus Diperiksa

Nasional
KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

KPK Ancam Pidana Pihak yang Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Nasional
195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com