Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TNI AD Tegaskan Siapkan Apapun Dukungan yang Dibutuhkan Panglima TNI untuk Pencarian Pilot Susi Air

Kompas.com - 16/02/2023, 18:17 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Hamim Thohari menyatakan, TNI AD siap membantu operasi pencarian pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37).

"Yang jelas AD menyiapkan apa pun yang diperlukan untuk melakukan pencarian itu. Apa pun yang dibutuhkan oleh Panglima TNI untuk dikerahkan, kami siap," kata Hamim saat ditemui di Mabes AD, Jakarta, Kamis (16/2/2023).

Namun demikian, soal operasi pencarian, Hamim mengatakan bahwa itu ranah Mabes TNI dan Polri.

Baca juga: Pangdam Cenderawasih Sebut Egianus Kogoya yang Sandera Pilot Susi Air sebagai Teroris

"Tetapi masalah mekanisme pelaksanaannya, progresnya, nanti silakan ke Mabes TNI," ujar Hamim.

Terbaru, TNI AD telah menambah pasukan untuk operasi pencarian pilot Philips, Jumat (10/2/2023).

Kendati demikian, Kepala Staf AD (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman merahasiakan satuan mana yang dikirim untuk melaksanakan operasi pencarian tersebut.

Baca juga: Polri Sebut Kondisi Pilot Susi Air yang Disandera KKB dalam Keadaan Sehat

Sebelumnya Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengakui bahwa pilot Philips disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kagoya.

"Tadi ada yang tanya, apakah betul ada penyanderaan di Papua? Iya. Si Methrtens itu disandera oleh kelompok Kagoya, itu disandera, dan kami sedang melakukan (cara) persuasif," ujar Mahfud usai rapat dengan Komisi III DPR di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Mahfud mengatakan, keselamatan sandera adalah prioritas utama saat ini. Oleh sebab itu, pemerintah sedang melakukan pendekatan secara persuasif dengan KKB.

"Tapi kami tidak menutup opsi lain. Kami persuasif agar (pilot) bisa bebas, selamat, damai, tanpa kisruh dan ribut, tapi tidak menutup opsi lain," kata Mahfud.

Namun, Mahfud belum menyebutkan maksud dari 'opsi lain' tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com