Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Etos Kerja, Nasionalisme, dan Kemakmuran Bangsa

Kompas.com - 09/02/2023, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Marharyta Fabrykant dalam makalah ilmiahnya, ‘Nationalis at Work: Nationalism, Work Ethic, and Social Change in Cross-Cultural Comparative Perspective (2014) menyebutkan bahwa ‘nasionalisme’ dan ‘etos kerja’ tidak saling berhubungan secara simetris, tetapi masing-masing sama-sama saling menguatkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ‘nasionalisme’ memengaruhi ‘etos kerja’ lebih kuat daripada sebaliknya.

Hasil ini menegaskan bahwa gagasan ‘nasionalisme’ bisa menginspirasi warga bangsa untuk bekerja keras dengan berkontribusi dengan semangat berkorban untuk kepentingan bangsa.

Fakta bahwa hubungan positif antara ‘etos kerja’ dan ‘nasionalisme’ yang sepenuhnya dimoderasi oleh modernisasi.

Oleh karena itu, tatkala suatu bangsa memasuki tingkat modernitas yang lebih tinggi, maka elite penguasanya akan kehilangan alat mobilisasi berupa ‘nasionalisme’.

Bercermin pada fakta sejarah kebangkitan Nasional dan konsep ‘membangun jiwa bangsa’ yang pernah dilontarkan Bung Karno pada 17 Agustus 1956, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menggaungkan gagasan ‘revolusi mental’.

Lebih daripada itu, Pemerintahan Jokowi mengaitkan konsep ‘nasionalisme’ (revolusi mental) dengan ‘etos kerja’ dan ‘kemakmuran’.

Pada tataran konsep, ‘revolusi mental’ adalah suatu gerakan untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategis yang diperlukan bangsa dan negara Indonesia demi meraih kemakmuran.

Pada tataran strategis, ‘revolusi mental’ adalah upaya terencana dan terukur untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia yang berjiwa merdeka, berpikiran, bersikap, dan berperilaku terbuka pada kemajuan dan hal-hal yang modern.

Dengan begitu Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Dalam kehidupan sehari-hari, ‘revolusi mental’ berarti gerakan untuk menjadi manusia yang berintegritas, tidak koruptif, berdisiplin, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.

Jadi, melalui gerakan ‘revolusi mental’, Pemerintah Jokowi ingin menjadikan ‘nasionalisme’ sebagai ideologi yang kontekstual dan memiliki daya dorong yang kuat untuk meningkatkan ‘etos kerja’ warga bangsa di setiap bidang kehidupan.

Konsekunensinya, ‘nasionalisme’ warga bangsa Indonesia harus tercermin melalui, pertama, ‘etos kerja’ yang baik, sehingga memiliki produktivitas yang tinggi.

Kedua, mencintai, mengutamakan, dan mengonsumsi produk dan jasa dalam negeri sehingga pasar dan ekonomi nasional dapat bertumbuh makin kuat.

Ketiga, setia membayar pajak dan beacukai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com