Sepanjang era abad pertengahan Gereja Katolik merupakan pemilik tanah terbesar di Eropa, dengan aset likuid dan pendapatan tahunannya tak hanya jauh melampaui raja terkaya, tetapi semua bangsawan Eropa secara bersama.
Banyak biara memiliki lahan kebun 100.000 hektar. Bahkan, di Hongaria biara memiliki ladang seluas 250.000 hektar.
Selain di kalangan gereja Katolik, -jauh sebelum kelahiran Protestan juga- konsep ‘etos kerja’ juga berkembang di kalangan Islam dengan bersumber dari Al-Quran, As-Sunnah (ucapan dan perbuatan Nabi, serta ucapan dan perbuatan para sahabat Nabi).
Al-Quran memperlakukan pekerjaan sebagai sumber kehormatan. “Katakanlah: Bekerjalah dan Allah akan melihat pekerjaanmu” ([09:105 ). Mencari nafkah sangat penting sehingga Al-Qur'an merujuk pada pekerja dan pejuang di jalan Allah dalam ayat yang sama.(73:20).
Bahkan, Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa kecemasan dan stres (kerja keras) dalam mencari nafkah pendapatan untuk menghidupi keluarga seseorang mengarah pada penebusan dosa dan bahwa “penghasilan terbaik adalah yang diperoleh seseorang melalui tangannya sendiri”.
Senada dengan itu, Umar (RA), sang sahabat Nabi dan Khalifah kedua, menyatakan bahwa “sangat tidak pantas bagi seorang Muslim jika tidak berusaha keras untuk mendapatkan roti dan mentega dan hanya berdoa agar Tuhan memberinya makanan”
Menurut Umar, walau bukan salah satu dari rukun Islam, bekerja adalah kewajiban bagi semua orang dan itu dipandang sebagai salah satu bentuk ibadah.
Secara defenisi, ‘nasionalisme’ adalah ideologi yang didasarkan pada premis bahwa kesetiaan dan pengabdian individu kepada negara-bangsa melampaui kepentingan individu atau kelompok lainnya.
Meski memiliki latarbelakang sejarah yang berbeda, ‘etos kerja’ dan ‘nasionalisme’ punya kemiripan, karena keduanya sama-sama merupakan konsep tua yang menjadi sebuah gerakan modern.
Sejak zaman kuno dan sepanjang sejarah orang-orang telah melekat pada tanah air mereka, pada tradisi orangtua mereka, dan pada otoritas teritorial yang mapan, tetapi baru pada akhir abad ke-18 ‘nasionalisme’ mulai menjadi sentimen yang diakui secara umum membentuk kehidupan publik dan pribadi dan salah satu faktor penentu terbesar, dalam sejarah modern.
Bahkan, revolusi Amerika dan Perancis dapat dianggap sebagai manifestasi kuat pertama, dari konsep ‘nasionalisme’.
Setelah menembus negara-negara baru di Amerika Latin, pada awal abad ke-19 menyebar ke Eropa tengah dan dari sana, menjelang pertengahan abad, ke Eropa timur dan tenggara.
Pada awal abad ke-20, ‘nasionalisme’ berkembang di Asia dan Afrika. Dengan demikian, abad ke-19 disebut sebagai zaman nasionalisme di Eropa, sedangkan abad ke-20 menjadi saksi kebangkitan dan perjuangan gerakan nasional yang kuat di seluruh Asia dan Afrika.
Di Indonesia, ‘nasionalisme’ ditandai dengan kelahiran organisasi Boedi Oetomo pada 1908.
Selanjutnya, Hari Kebangkitan Nasional memotivasi abdi negara, penegak hukum, anggota legislatif, kalangan dunia usaha, pelajar dan mahasiswa, para pekerja dan seluruh rakyat Indonesia mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara.