JAKARTA, KOMPAS.com - TNI diminta membentuk tim khusus operasi yang bertugas membebaskan pilot Susi Air Philips Marthen yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, pembentukan tim operasi khusus ini bertujuan untuk mengakhiri ketidakpastian mengenai nasib sang pilot.
"Ada langkah cepat untuk mengakhiri ketidakpastian, paling enggak, perlu dibentuk tim khusus untuk menangani penyanderaan," ujar Fahmi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/2/2023).
Baca juga: 15 Pekerja Bangunan yang Diancam KKB Egianus Kogoya di Nduga Dievakuasi ke RSUD Mimika
Menurut Fahmi, pembentukan tim ini seperti halnya Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma yang membebaskan peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1996.
Berkaca dari pembebasan tersebut, Fahmi mengatakan pembentukan tim operasi khusus ini bisa diisi oleh personel di luar satuan tugas (satgas) yang beroperasi di Papua.
Hal ini dilakukan supaya satgas yang sudah beroperasi di Papua tetap fokus menjalankan skemanya di lapangan.
"Kalau mengambil dari satgas yang sudah ada, malah menganggu skema operasi yang sudah berjalan, lebih baik membentuk tim operasi khusus pembebasan sandera," ujar Fahmi.
Fahmi menilai, satuan Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI bisa saja dilibatkan dalam tim ini.
Pelibatan Koopsus TNI juga bisa menjadi peluang bagi mereka untuk unjuk kemampuan di medan operasi.
Adapun Koopsus TNI merupakan sebuah satuan yang berintikan pasukan elite dari tiga matra, baik TNI AD, TNI AL, maupun TNI AU.
"Koopsus bisa dipakai unjuk kemampuan, bisa diperankan, ini menunjukkan ditangani secara khusus, dan terpisah," jelas Fahmi.
Sementara, dari sisi Polri, Fahmi menilai Brimob maupun Densus 88 juga bisa dilibatkan untuk membebaskan sandera.
Baca juga: 15 Pekerja Bangunan yang Diancam KKB Selamat karena Mengamankan Diri di Rumah Pendeta
Di sisi lain, Fahmi menggarisbawahi, jika memang nantinya digelar operasi pembebasan, keselamatan sandera dan personel yang terlibat perlu menjadi perhatian utama.
"Keselamatan sandera, personel, faktor penting. Artinya ini harus disiapkan cermat, cepat, jangan sampai ada korban, baik sandera maupun pasukan," imbuh dia.
Peristiwa pembakaran pesawat Susi Air bermula ketika adanya informasi mengenai pergerakan KKB pimpinan Egianus Kogoya yang mengancam 15 pekerja bangunan.
Para pekerja menerima ancaman ketika sedang membangun Puskesmas Paro pada Sabtu (4/2/2023).
Penjabat Nduga yang mengetahui adanya informasi tersebut kemudian menyampaikan kepada Kapolres Nduga.
Selanjutnya, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri yang juga telah menerima laporan ini pun memerintahkan Kapolres Nduga untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Nduga.
Baca juga: Kapolda Papua: KKB Mengira Pesawat Susi Air Akan Dipakai Mengevakuasi 15 Tukang
"Kita ajukan untuk mengevakuasi mereka karena kita takutkan akan terjadi korban pembunuhan," ujar Fakhiri saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (7/2/2023) malam.
Namun demikian, pada Selasa (7/2/2023) pagi, pesawat pilatus Susi Air yang terbang dengan rute Timika-Paro dan membawa lima orang penumpang dibakar KKB.
Fakhiri menduga, Egianus Kogoya mengira pesawat yang mendarat di Paro akan digunakan untuk mengevakuasi pekerja bangunan yang sebelumnya sudah mereka ancam.
Baca juga: Sosok Philips Marthen, Pilot Susi Air yang Disandera KKB Papua, Tercatat sebagai WNA Selandia Baru
Karena itu, KKB melakukan aksi pembakaran dan membawa pilot Philips Marthen.
"Rupanya tadi pagi ada pesawat yang masuk, mungkin dugaan kami pikirnya untuk membawa para karyawan keluar (evakuasi) sehingga pesawatnya ditahan dan pilot serta penumpangnya diturunkan lalu mereka membakar pesawat," kata dia.
Fakhiri tak membantah bahwa pilot dan 15 pekerja bangunan tersebut dibawa oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya.
Terbaru, 15 pekerja bangunan yang sempat diancam KKB dievakuasi Satgas Operasi Damai Cartenz ke Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Rabu (8/2/2023) sore, pukul 15.25 WIT.
Selain para pekerja bangunan, terdapat tiga orang masyarakat yang juga ikut dibawa ke Mimika.
Para pekerja bangunan tersebut, kemudian dibawa ke RSUD Mimika dengan menggunakan sebuah bus milik TNI AU untuk menjalani pemeriksaan kesehatan.
"Proses evakuasi sudah berhasil dilakukan dan sekarang mereka sedang menjalani check up kesehatan," ujar Wakapolda Papua Brigjen Ramdani Hidayat, di Timika, Rabu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.