Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekjen PDI-P Sebut Proporsional Tertutup Banyak Korupsi, Netgrit: Kembali Lagi ke Parpolnya...

Kompas.com - 05/02/2023, 21:43 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) atau Jaringan Demokrasi dan Pemilu Berintegritas, Hadar Nafis Gumay merespons pernyataan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa sistem pemilu proporsional terbuka lebih berpotensi muncul kasus korupsi.

Menurut Hadar, yang disampaikan Hasto itu tidak benar. Sebab, dulu sistem proporsional tertutup diubah menjadi terbuka untuk menghindari atau meminimalisir korupsi.

"Proporsional tertutup pada waktu itu diubah untuk menjadi proporsional terbuka salah satunya ada persoalan politik uang atau permainan uang di dalam sistem yang tertutup," kata Hadar saat dihubungi, Minggu (5/1/2023).

"Saya kira tidak tepat kalau sistem proporsional terbuka itu lebih besar (potensi korupsi) daripada yang tertutup," ujar eks komisioner KPU itu.

Baca juga: Sekjen PDI-P Nilai Sistem Proporsional Terbuka Sarat Kepentingan Elektoral, Singgung Banyaknya Korupsi

Hadar menambahkan, politik uang dalam pemilu bukan persoalan sistem yang dijalankan, melainkan lebih kepada partai politik dan calon legislatif.

"Politik uang akan terus terjadi selama faktor-faktor tertentu tidak dibenahi," ucap Hadar.

"Jadi sistem apapun kita lakukan, kalau khususnya partai politik dan calon legislatif cenderung segala upaya dilakukan yang penting bisa memeroleh suara dan dukungan para pemilih, ya tidak akan hilang," kata dia.

Hadar menyebutkan, politik uang tidak akan terjadi apabila parpol atau caleg tidak mau mengiming-imingi atau memberikan uang.

Baca juga: Gerindra Klaim DPR Solid Dukung Sistem Proporsional Terbuka

"Sistem apapun, akan terjadi politik uang. Jadi persoalannya bukan persoalan sistem, (tetapi) kembali ke parpol," ujar Hadar.

Hasto Kristiyanto sebelumnya mengatakan, sistem pemilu proporsional terbuka berpotensi melahirkan anggota-anggota legislatif yang keliru dalam mengelola politik anggaran.

Sebab, kata Hasto, banyak anggota legislatif yang justru memakai politik anggaran untuk kepentingan elektoral.

"Teman-teman pers bisa membandingkan berapa produktivitas undang-undang kita, kehadiran anggota legislatif politik di dalam menggunakan alokasi anggaran untuk menyelesaikan masalah bangsa," kata Hasto ditemui di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (3/2/2023).

"Banyak kasus-kasus korupsi karena kepentingan elektoral, itu yang kemudian terjadi," tutur Hasto.

Itulah mengapa partainya kekeh mendorong sistem pemilu legislatif dengan proporsional tertutup.

Menurut Hasto, sistem tertutup meletakkan tanggung jawab kepemimpinan kolektif di tangan partai politik.

"Sehingga ketika kinerja positif atau kemudian ada kritik, itu kepada organisasi kepartaian," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com