Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarkan Nasdem dari Kabinet Bisa Jadi Bumerang bagi Jokowi

Kompas.com - 02/02/2023, 14:27 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak jadi melakukan reshuffle atau perombakan kabinet pada Rabu (1/2/2023).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengungkapkan bahwa tidak mudah mengeluarkan Nasdem dari kabinet pemerintahan Presiden Jokowi-Ma'ruf Amin.

Ada sejumlah alasan, pertama adalah soal dukungan politik Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 antara Jokowi dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Palo

"Kalaupun ia (Nasdem) diamputasi karena deklarasikan Anies, maka Jokowi bisa dianggap keliru karena membawa urusan personal, yakni kebencian pada Anies mengorbankan pemerintahan," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/2/2023).

Baca juga: Kode Jokowi soal Rabu Pon dan Reshuffle Kabinet yang Urung Terjadi

Alasan berikutnya adalah, kuatnya Nasdem membangun citra Jokowi selama ini melalui media.

Menurut Dedi, apabila Nasdem terkena reshuffle atau perombakan kabinet, maka bisa jadi media kepemilikan Surya Paloh berpengaruh terhadap citra Presiden Jokowi.

"Nasdem juga miliki kuasa media, dan Jokowi diyakini tidak selalu bisa dipuji, sehingga posisi Nasdem cukup kuat," ujarnya.

Selain itu, kebersamaan Surya Paloh dan Jokowi terjadi sejak lama.

Hal ini tak lepas karena kontribusi Nasdem pada pemerintahan Jokowi selama dua periode.

Baca juga: Saat Surya Paloh Menari di Balik Koalisi Perubahan, Rangkul Golkar dan Wacana Anies-Airlangga

Alasan terakhir, Dedi menyoroti pertemuan Surya Paloh dan Jokowi di Istana beberapa waktu lalu.

Tak bisa dipungkiri, kata dia, pertemuan itu memengaruhi isu reshuffle yang berujung Jokowi tetap mempertahankan Nasdem pada Rabu kemarin.

"Terlebih beberapa waktu ini, Surya Paloh bersafari kepada elit politik koalisi pemerintah, bahkan sebelumnya menemui Jokowi di Istana, ini sedikit bukti Nasdem dan Surya Paloh piawai dalam lakukan diplomasi politik," pungkas Dedi.

Adapun isu reshuffle mengemuka satu bulan terakhir.

Baca juga: PKS Yakin Golkar Lebih Berpeluang Gabung Koalisi Perubahan Ketimbang Nasdem ke KIB

Isu yang terdengar adalah Presiden bakal melakukan reshuffle kepada dua menteri Nasdem, yaitu Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar.

Dua menteri itu juga yang selama ini dikritik pedas oleh elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Akan tetapi, pada Rabu Pon kemarin, tidak ada reshuffle kabinet. Jokowi tetap mempertahankan komposisi menteri yang ada saat ini.

Jokowi sebelumnya menjelaskan sejumlah pertimbangan yang dipikirkannya sebelum melakukan reshuffle.

Menurut Jokowi, kriteria utama adalah melihat kinerja menteri.

Namun, dia tak menampik jika juga ada pertimbangan sisi politis.

"Yang utama memang performa, kinerja. Bahwa ada sisi politiknya, pasti juga ada. Tapi itu bukan yang utama," ujar Jokowi usai menghadiri acara HUT ke-8 Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Jakarta Theater, Selasa (31/1/2023).

"Ya kalau secara khusus pasti ada yang performanya, kinerjanya perlu dievaluasi. Biasa kok, ada koreksi dari setiap perjalanan kan biasa," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com