BANDUNG, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengingatkan generasi muda agar tak melupakan sejarah bangsa maupun tokoh-tokoh kemerdekaan.
Ia pun menceritakan kisah Presiden Pertama RI sekaligus Proklamator Kemerdekaan, Soekarno saat menjalani masa-masa pengasingan di Bandung.
"Bandung adalah tempat kontemplasi ideologis terpenting bagi Bung Karno. Alamnya yang indah mendorong situasi kontemplasi,” kata Hasto dalam acara "Ngobras" Ngobrol Bareng Sekjen, di Kantor DPC PDI-P Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/1/2023).
Hal itu disampaikan Hasto di hadapan lebih dari 100 anak muda kota Bandung yang hadir dalam acara tersebut.
Baca juga: PDI-P dan PBB Jajaki Koalisi, Belum Bahas Capres-Cawapres
Ia mengatakan, dari kota Bandung lah semangat juang Soekarno semakin bergelora demi memerdekakan Indonesia.
Sehingga, PDI-P berharap anak-anak muda bisa mengambil semangat juang itu.
Di Bandung pula, lanjut Hasto, dilaksanakan Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955, yang kemudian menginspirasi Gerakan Non Blok (GNB). Kejadian itu yang mengubah peta dunia dengan lahirnya Dasa Sila Bandung.
“Dari kota Bandung yang indah ini bisa lahir Dasa Sila Bandung dan menjadi bagian dari sejarah dunia dengan warisan sejarah itu. Jadi kalau anak muda Bandung tak punya spirit mengguncang dunia, berarti kita sia-siakan sejarah kita sendiri,” tutur Hasto.
“Jangan kita sia-siakan sejarah Bandung yang terkenal di seluruh penjuru dunia itu,” tambahnya.
Baca juga: Gibran Digadang Nyagub, PDI-P Pilih Fokus Pileg dan Pilpres Terlebih Dulu
Sementara itu, Ketua DPD PDI-P Jawa Barat Ono Surono yang turut hadir menjadi pembicara, membahas soal relevansi pemikiran Soekarno dalam kondisi saat ini.
Ia mengaku prihatin karena survei menemukan hanya 30 persen anak muda yang merasa pemikiran Soekarno masih relevan dengan kondisi saat ini.
Artinya, jelas Ono, Soekarno dianggap sudah lewat, bahkan digantikan sosok tokoh bangsa lain atau bahkan sosok artis Korea.
“Padahal kondisi saat ini ya ajaran Soekarno itu masih relevan. Petani miskin, kaum Marhaen, kondisinya juga masih sama. Penjajahan budaya jelas terjadi. Dari sisi ekonomi, berdikari belum sepenuhnya karena banyak anak bangsa yang belum berdikari. Jadi ajaran Bung Karno masih relevan hingga saat ini,” beber Ono.
Ono juga menceritakan legasi Soekarno dan para pendiri bangsa dalam bentuk Pancasila.
Kata dia, selalu ada pihak yang berusaha menghilangkan Pancasila dari Indonesia sejak dulu.
Hal itu dinilai menjadi tantangan generasi muda. Namun, disayangkannya bahwa banyak anak muda saat ini tak sadar Indonesia bisa berdiri kokoh karena Pancasila.
“Ada survei bahwa bagi anak SMA merasa Pancasila tak relevan. Padahal Indonesja bisa tegak sendiri ya karena Pancasila," jelasnya.
"Di masa pandemi banyak negara ambruk. Tapi kita tegak berdiri karena Pancasila, yakni karena gotong royong," ujar Ono.
Sekadar informasi, acara ini turut dihadiri oleh budayawan Budi Dalton. Kemudian ada Ustadz Tatan Ahmadz Santana yang merupakan Pengurus Dewan Tafkir PP Persis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.