Megawati sempat menanyakan kepada panglima TNI, apakah SBY diundang. Ketika tahu SBY hadir meski sebagai purnawirawan, padahal ketika itu sudah definitif menjadi President –Elect. Megawati kemudian tak lagi bertanya, dan pada saat upacara berlangsung, Megawati kembali bertanya perihal SBY.
Posisi duduk SBY sengaja diatur jauh dari panggung kehormatan. Namun hal yang membuat Megawati gundah adalah bahwa dalam kapasitas Megawati yang masih menjabat sebagai presiden meski diakhir masa jabatannya.
Justru SBY yang menjadi bintang di acara tersebut karena perhatian tamu tertuju padanya untuk memberikan selamat atas pencapaiannya sebagai presiden selanjutnya.
Dalam sambutanya, Megawati mengajak semua anak bangsa untuk “menerima dengan baik siapapun yang terpilih dalam pemilihan presiden dan wakil presiden putaran kedua”.
Ketika itu KPU sudah mengumumkan secara resmi pasangan SBY-Kalla sebagai pemenangnya. Megawati terisak dan suaranya tertahan. Bahkan defile pesawat tempur Sukhoi kebanggan tak lagi bisa menghiburnya.
Bahkan dua hari setelah pelantikan SBY, Megawati berpidato, bahwa “kita bukan kalah, tapi kurang suara”, meskipun diketahui bahwa selisih suara keduanya sangat besar.
Hal ini menunjukkan pada saat itu Megawati belum menerima kekalahannya. Sehingga ketika ia tanyakan pada kader apakah mereka bersedia merebutnya kembali, dengan jawaban bersedia, Megawati kemudian merasa tenang.
Situasi serupa bukan tidak mungkin terjadi berulang. Bukan dalam kapasitas Megawati menghalangi publik jika karena tekanan dan desakan politis yang mengucilkan Ganjar justru akan berbalik menjadi bentuk dukungan yang semakin masif dan besar.
Dan bukan tidak mungkin jika kondisi itu membuat Megawati mengambil keputusan untuk melepas Ganjar dari partainya karena dianggap membahayakan pada strategi dan rencana kebijakannya.
Jika itu terjadi, maka bukan tidak mungkin ia akan menjadi rebutan bagi partai lain yang melihat peluang elektabilitas dan momentum yang kurang lebih sama seperti yang terjadi pada SBY tahun 2004.
Situasi model itu justru makin mudah menggenapi rencana SBY merebut kursi RI –saat mendapat tekanan dari pimpinannya yang dianggap sebagai saingan tidak sejalan ide dan pemikirannya.
Sementara, Ganjar sendiri tampak tak ambil pusing soal pencapresan. Sebagaimana titah Megawati, Ganjar bilang, semua pihak harus bersabar menanti keputusan ketua umum PDI-P.
Apakah Megawati juga khawatir terulang kembali kejadian tahun 2004? Sehingga kali ini ia lebih berhati-hati, tidak memainkan sisi emosionalnya secara lugas.
Dan jika ia tak kuat menahan diri, bukan tidak mungkin Ganjar terlepas dari barisan partainya dan memainkan peran politiknya seperti halnya SBY dulu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.