Salin Artikel

Nasib Ganjar Pranowo: Melejit di Dunia Maya, Nyelekit di Dunia Nyata

Benar kata orang, nasibnya memang moncer di dunia maya, tapi di dunia nyata, bahkan dilirik dan disebut dalam acara paling kolosal PDIP saja tidak, apalagi sampai kebagian tumpeng.

Sah-sah saja argumen itu muncul, karena begitulah realitas politik. Maka pemain politik memang butuh mental baja dan “kuat hati”, yang tidak kuat silahkan mundur teratur.

Selama masih dipercaya memimpin Jawa Tengah dalam kapasitas sebagai kader PDIP, ia hanya bertugas menjalankan perintah saja.

Padahal publik begitu geregetan atas perilaku dan tindakan institusi partai dan para petinggi yang mempersoalkan pelanggaran disiplin kader, justru pada saat elektablitas naik pesat dan dianggap sebagai ancaman terhadap partainya sendiri.

Dalam acara HUT ke-50 PDIP, perlakuan terhadap Ganjar yang seolah diabaikan terjadi lagi. Sosok Ganjar tak tersorot di acara yang digelar di Jakarta International Expo, Jakarta Pusat, Selasa (10/1/2023), tersebut.

Termasuk dalam materi pidato satu setengah jam Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, nama Gubernur Jawa Tengah itu tidak sedikit pun disebut. Bisa jadi berkaitan kinerjanya sebagai Gubernur, begitu juga barangkali dengan keputusannya untuk nyapres yang sepihak.

Apakah ini bagian dari strategi PDIP dalam hal ini Megawati karena secara politis publik masih menyimpan dua nama kandidat capres PDI-P, berkutat antara Ganjar Pranowo atau Puan Maharani.

Bahkan ketika bergema teriakan “Ganjar Presiden” pun, Megawati bergeming meresponsnya. Menjadi semacam gerakan tutup mulut dan tutup telinga.

Ganjar juga tak diperlakukan spesial sebagaimana elite-elite partai. Dia tidak mendapat potongan tumpeng dari Megawati, juga tak duduk di barisan kursi tamu terdepan.

Meski namanya digadang-gadang sebagai kandidat calon presiden terkuat PDI-P untuk Pemilu 2024, kehadiran Ganjar terasa biasa-biasa saja. Duduk berimpitan. Tidak ada kursi spesial buatnya.

Ganjar duduk berimpitan bersama kader-kader lainnya. Kursi yang ditempati Ganjar juga bukan barisan terdepan. Ganjar tampak duduk di barisan ketiga. Tumpeng dari Megawati dibagi untuk Jokowi hingga Puan, tak ada untuk Ganjar.

Pastinya, jika sekali saja Megawati memberi perhatian pada Ganjar, dengan segera forum akan menyambutnya dengan antusias, hal inilah yang dihindari oleh Megawati. Hanya saja peristiwanya terlalu jomplang untuk kader sekelas Ganjar.

Dejavu kisah 2004

Ketika SBY dalam pemilu 2004, memenangkan pemilu dalam dua putaran membuat hubungan Megawati-SBY semakin memburuk. Menjelang akhir jabatannya, Megawati masih memimpin upacara peringatan HUT TNI.

Megawati sempat menanyakan kepada panglima TNI, apakah SBY diundang. Ketika tahu SBY hadir meski sebagai purnawirawan, padahal ketika itu sudah definitif menjadi President –Elect. Megawati kemudian tak lagi bertanya, dan pada saat upacara berlangsung, Megawati kembali bertanya perihal SBY.

Posisi duduk SBY sengaja diatur jauh dari panggung kehormatan. Namun hal yang membuat Megawati gundah adalah bahwa dalam kapasitas Megawati yang masih menjabat sebagai presiden meski diakhir masa jabatannya.

Justru SBY yang menjadi bintang di acara tersebut karena perhatian tamu tertuju padanya untuk memberikan selamat atas pencapaiannya sebagai presiden selanjutnya.

Dalam sambutanya, Megawati mengajak semua anak bangsa untuk “menerima dengan baik siapapun yang terpilih dalam pemilihan presiden dan wakil presiden putaran kedua”.

Ketika itu KPU sudah mengumumkan secara resmi pasangan SBY-Kalla sebagai pemenangnya. Megawati terisak dan suaranya tertahan. Bahkan defile pesawat tempur Sukhoi kebanggan tak lagi bisa menghiburnya.

Bahkan dua hari setelah pelantikan SBY, Megawati berpidato, bahwa “kita bukan kalah, tapi kurang suara”, meskipun diketahui bahwa selisih suara keduanya sangat besar.

Hal ini menunjukkan pada saat itu Megawati belum menerima kekalahannya. Sehingga ketika ia tanyakan pada kader apakah mereka bersedia merebutnya kembali, dengan jawaban bersedia, Megawati kemudian merasa tenang.

Ganjar menunggu momentum?

Situasi serupa bukan tidak mungkin terjadi berulang. Bukan dalam kapasitas Megawati menghalangi publik jika karena tekanan dan desakan politis yang mengucilkan Ganjar justru akan berbalik menjadi bentuk dukungan yang semakin masif dan besar.

Dan bukan tidak mungkin jika kondisi itu membuat Megawati mengambil keputusan untuk melepas Ganjar dari partainya karena dianggap membahayakan pada strategi dan rencana kebijakannya.

Jika itu terjadi, maka bukan tidak mungkin ia akan menjadi rebutan bagi partai lain yang melihat peluang elektabilitas dan momentum yang kurang lebih sama seperti yang terjadi pada SBY tahun 2004.

Situasi model itu justru makin mudah menggenapi rencana SBY merebut kursi RI –saat mendapat tekanan dari pimpinannya yang dianggap sebagai saingan tidak sejalan ide dan pemikirannya.

Sementara, Ganjar sendiri tampak tak ambil pusing soal pencapresan. Sebagaimana titah Megawati, Ganjar bilang, semua pihak harus bersabar menanti keputusan ketua umum PDI-P.

Apakah Megawati juga khawatir terulang kembali kejadian tahun 2004? Sehingga kali ini ia lebih berhati-hati, tidak memainkan sisi emosionalnya secara lugas.

Dan jika ia tak kuat menahan diri, bukan tidak mungkin Ganjar terlepas dari barisan partainya dan memainkan peran politiknya seperti halnya SBY dulu.

https://nasional.kompas.com/read/2023/01/13/14433931/nasib-ganjar-pranowo-melejit-di-dunia-maya-nyelekit-di-dunia-nyata

Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke