Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2022: Tergerusnya Elektabilitas Prabowo dari Posisi Puncak

Kompas.com - 31/12/2022, 23:27 WIB
Adhyasta Dirgantara,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada awal 2022 selalu berhasil menduduki posisi pertama dalam survei elektabilitas yang diselenggarakan oleh sejumlah lembaga survei.

Nama Menteri Pertahanan itu selalu bersanding dengan dua nama besar lainnya, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Namun dalam beberapa waktu terakhir, tak jarang Prabowo harus digeser oleh Ganjar maupun Anies yang elektabilitasnya kian meroket, seiring dengan semakin dekatnya penyelenggaraan tahun politik.

Baca juga: Prabowo Beri 20 Motor Dinas untuk Babinsa di Banyuwangi, Sebut Mereka Ujung Tombak Pertahanan Negara

Hal itu setidaknya terbaca berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Oktober lalu. Pada saat itu, elektabilitas Prabowo hanya mencapai 16,5 persen, sehingga mendudukannya pada urutan ketiga.

Sementara di posisi pertama ada nama Ganjar dengan 23,2 persen dan Anies di posisi kedua dengan 17,6 persen. 

 

Padahal, ketika Litbang Kompas menyelenggarakan survei pada Januari 2022, elektabilitas Prabowo masih yang teratas dengan 26,5 persen. Itu berarti terjadi kemerosotan elektabilitas yang cukup tajam yang dialami oleh mantan Danjen Kopassus itu.

Baca juga: Persilakan Sandiaga Pilih Langkah Politik, Dasco: Di Gerindra Slotnya Cuma untuk Pak Prabowo

Bagaimana dengan Ganjar dan Anies? 

Elektabilitasnya meroket bila dibandingkan dengan survei Januari 2022, di mana saat itu Anies hanya berhasil meraih 14,2 persen, sedangkan Ganjar dengan 20,5 persen.

 

Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Maret 2022. Saat itu, Prabowo masih berada di urutan kedua dengan elektabilitas 17,6 persen.

Namun, berdasarkan survei pada Desember 2022, elektabilitas Prabowo turun menjadi 16,8 persen dan menempatkannya di urutan kedua.

Baca juga: Pengamat: Sandiaga Bisa Dianggap Pemberontak jika Tak Patuhi Keputusan Gerindra soal Prabowo Capres

Peningkatan signifikan dialami oleh Ganjar, di mana elektabilitasnya melonjak dari 18,1 persen menjadi 26,5 persen. Hal yang sama dialami Anies, yaitu dari 14,4 persen menjadi 18,6 persen.

Kenapa elektabilitas Prabowo nyungsep?

Bila merujuk survei Litbang Kompas terakhir, pemilih Prabowo di Jawa Barat, baik untuk kalangan pemilih pemula maupun pemilih yang berpengalaman, menurun.

Padahal, Jawa Barat merupakan lumbung suara Prabowo ketika maju sebagai calon presiden di Pilpres 2019 lalu. Suara Prabowo di Bumi Parahyangan kini digerus oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang juga disebut ingin ikut meramaikan kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Tak hanya di Jawa Barat, merosotnya dukungan untuk Prabowo juga terjadi di Maluku, Papua dan Papua Barat, di mana saat ini suaranya mulai diimbangi oleh Ganjar.

Baca juga: Soal Sandiaga Gabung PPP, Dasco: Pak Prabowo Tak Ada Komentar, Senyum-senyum Saja

Pun demikian dukungan Prabowo di Sumatera Barat, yang kini mulai tergerus setelah Anies dicalonkan Partai Nasdem sebagai capres.

Kegagalan Prabowo di dua kontestasi pilpres terakhir disinyalir menjadi penyebab terus merosotnya suara dukungan publik untuk dirinya di sejumlah wilayah itu. 

Beberapa lembaga survei berpandangan bahwa masyarakat ingin mencari figur lain yang lebih fresh sebagai calon presiden, seperti misalnya Ganjar, Anies, Ridwan Kamil, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, hingga politikus Gerindra, Sandiaga Uno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com