Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Mereka Berebut, Kenapa Kita yang Ribut?

Kompas.com - 14/12/2022, 14:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mungkin kalau perbedaan pilihan politik hanya sampai pada tataran beda sudut pandang atau argumentasi, masih bisa dimaklumi. Karena memang demokrasi menginginkan adanya diskursus dewasa oleh setiap warga negara.

Tetapi kalau sampai terjadi kekerasan, itu yang berbahaya bagai keberlangsungan demokrasi itu sendiri.

Sikap fanatisme tidak hanya fanatik kepada tokoh atau partai tertentu, untuk kasus Indonesia fanatisme lebih cenderung dilakukan karena agama.

Amanah Nurish (LIPI,2019) menyebutkan bahwa fenomena keagamaan masyarakat Indonesia yang semakin hari cenderung semakin bersifat sektarianisme dan hal itu berdampak pada aksi intoleransi hingga aksi kekerasaan atas nama agama.

Artinya bisa saja dalam ruang-ruang kampanye politik, agama dipergunakan sebagai jembatan untuk menarik simpati publik.

Sebenarnya elite politik tahu bahwa agama adalah bingkisan istimewa bagi publik. Sehingga bingkisan itu mudah untuk dibeli dan dipertaruhkan di ruang-ruang publik.

Hasilnya memang sangat menguntungkan jika agama dijadikan bingkisan jualan untuk mendapat kekuasaan.

Kalau elite tetap memakai agama untuk meningkatkan fanatisme publik, kita perlu melawan itu dengan cara menolak diskursus agama dalam setiap tindakan politik.

Agama di satu sisi memang bisa menyelesaikan masalah publik, tetapi tidak berarti agama menjadi panglima untuk menyelesaikan setiap persoalan publik.

Kita jangan terjebak lagi pada orientasi-orientasi sektarianisme yang pada akhinya meremukkan semangat demokrasi.

Fanatisme sebaiknya difokuskan kepada adu data dan gagasan. Di satu titik, cara ini lebih moderat dalam menumbuhkan partisipasi politik rasional.

Isu-isu sosiologis dan emosional sebaiknya dijauhkan dulu dalam momen pemilu untuk mencegah terjadinya konflik horizontal.

Refleksi agar tidak terjebak pada fanatisme terhadap tokoh dan partai atau fanatisme sektarianisme perlu dilakukan oleh elite dalam kampanye-kampanye politiknya.

Elite politik jangan hanya menggunakan demokrasi saat ini untuk menggendutkan rekening pribadi, tetapi harus sampai pada titik menyadarkan masyarakat Indonesia.

Boleh berkompetisi, asalkan masyarakat tercedaskan. Dengan begitu negara Indonesia mampu eksis tanpa lagi terjebak pertengkaran di ruang-ruang privat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com