Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dens Saputra
Dosen

Menulis adalah seni berbicara

Mereka Berebut, Kenapa Kita yang Ribut?

Kompas.com - 14/12/2022, 14:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Menurut data (katadata.co.id), partai politik hanya menerima kepercayaan 56,6 persen responden. Survei yang sama juga menunjukan bahwa presiden mendapat kepercayaan 84,5 persen responden dan TNI mendapat 93,3 persen.

Artinya memang partai politik mendapat simpati paling rendah dari publik terkait kepercayaan. Bahkan instansi Polri dengan berbagai kasus, masih mendapat 76,6 persen lebih dibandingkan parpol.

Penetrasi parpol sampai ke akar rumput sering terjadi sebagai metode memperkuat basis dukungan. Meskipun begitu, parpol tetap dibicarakan miring karena sepak terjang aktor politiknya yang tidak sesuai amanat konstitusi untuk menyejahterakan masyarakat.

Kekuatan parpol menjadi begitu kuat untuk meracuni aktor-aktor lokal tunduk kepada perintah. Fenomena demokrasi kita saat ini lebih dimainkan oleh parpol sebagai kekuatan utama kendaraan demokrasi liberal.

Alhasil kekuatan bibit-bibit lokal tetap akan terpenjara oleh hegemoni parpol untuk siap mengebiri gagasan-gagasan baru, apabila itu bertentangan dengan kepentingan parpol.

Karena sistem ini berlangsung terus, maka di akar rumput masyarakat bisa bertengkar hanya karena parpolnya berbeda. Meskipun di satu sisi, terdapat banyak juga politisi kutu loncat yang sering berpindah partai.

Seberapa jauh politisi tersebut berpindah, tetap akan tunduk kepada perintah dan kepentingan partai.

Hentikan fanatisme 

Terdapat jurang dalam antara demokrasi dan pemilu. Jurang itu adalah fanatisme. Bagi sebagian kalangan fanatisme merupakan bibit berbahaya.

Tidak hanya di Indonesia watak fanatisme ini bertumbuh, bahkan negara liberal seperti Amerika pun merasakan hal sama.

Seorang profesor ilmu politik Universitas Miami, Joseph Uscinski (liputan6.com) menyebutkan bahwa warga Amerika memilki fanatisme yang besar terhadap partai politik pilihannya dan sulit untuk digoyah.

Fanatisme didorong oleh keluarga sehingga publik memilih berdasarkan pilihan keluarga.

Bahkan dalam satu survei, menurut Joseph Uscinski, rata rata pemilih sudah menentukan pilihan politiknya sejak umur 13 tahun, sehingga sampai usia lansia pilihan mereka tetap tidak berubah. Meskipun kebijakan partai, baik itu Republik atau Demokrat berubah, pilihan mereka tetap sama.

Fanatisme sebenarnya merujuk kepada sikap antusiasme berlebihan terhadap suatu hal. Tidak ada salahnya jika orang sangat antusias untuk melakukan sesuatu. Namun kalau sampai pada titik melakukan kekerasan, baik itu verbal atau non-verbal, fanatisme perlu untuk dikritisi.

Kita tahu bahwa ajang politik diorientasikan untuk saling “ejek” antara elite. Tidak hanya di kalangan elite komunikasi negatif muncul, tetapi tervisualisasi juga sampai pada masyakat akar rumput.

Tindakan ini terjadi sebagai bentuk antusiasme pendukung kepada elite. Bahkan bisa saja pecah kongsi dalam sebuah keluarga hanya karena beda pilihan politik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com