Boleh jadi ada celah kelemahan atau kelalaian BNPT dan Polri, terutama terkait monitoring aktifitas eks narapidana terorisme. Tapi lagi-lagi urusannya tidak semudah itu.
Imajinasi "meledakkan diri untuk menciptakan korban yang lebih banyak sembari menciptakan psikologi ketakutan" sulit dideteksi karena tersimpan di dalam benak pelaku yang penampakannya tak berbeda dengan kepala-kepala manusia normal lainnya.
Namun terlepas dari itu semua, ada pesan jelas yang perlu dicatat oleh pemerintah, terutama institusi Polri dan BNPT, yakni bom bunuh diri akan menjadi ancaman keamanan tersendiri untuk waktu-waktu mendatang, baik menjelang Natal dan Tahun Baru maupun jelang pesta politik tahun 2024 mendatang.
Untuk itu, BNPT dan Polri harus benar-benar berhitung ulang atas potensi bom bunuh diri, termasuk melakukan evaluasi atas program deradikalisasi yang telah dijalankan selama ini.
Selama sinyal dan indikator "aman" belum benar-benar muncul atau dipenuhi oleh para eks narapidana teroris, semestinya selama itu pula proses monitoring ketat tetap harus diterapkan.
Termasuk monitoring atas inisiasi pihak-pihak atau oknum-oknum tertentu yang ingin memanfaatkan para eks narapidana teroris sebagai bagian dari instrumen politik untuk menebar ancaman terhadap keamanan nasional.
Sementara itu di sisi lain, di level makro politik, pemerintah harus bekerja lebih keras lagi menggandeng dan meyakinkan semua elemen keagamaan untuk tidak menoleransi apapun bentuk doktrin yang membuka peluang tafsir liar dari para radikalis untuk melakukan aksi bom bunuh diri.
Pemerintah bersama-sama dengan semua elemen keagamaan, harus mengeliminasi ruang gerak penganut doktrin-doktrin radikalisme dan terorisme.
Jangan ada lagi organisasi-organisasi yang menyelipkan doktrin radikal sekecil apapun di dalam asas organisasinya.
Dan yang tak kalah penting, kelompok dan individu yang dicandra penganut dokrin-doktrin radikal harus absen di dalam arena politik manapun. Tak peduli mereka menyantel pada kandidat manapun, mereka harus dieliminasi sesegera mungkin. Semoga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.