Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Tawa Pimpinan DPR ketika Gempa: Potret Telanjang dari Buruk Literasi dan Mitigasi Bencana Indonesia

Kompas.com - 23/11/2022, 11:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tampaknya, mitigasi bencana—termasuk gempa dan tsunami—memang harus diakui belum menjadi frasa keseharian apalagi praktik yang tertib dijalankan di Nusantara, sebuah negeri yang berada tepat di atas sejumlah patahan lempeng bumi dan memiliki banyak gunung api aktif.

Baca juga: Lagu Pelangi sampai Legenda Nyi Roro Kidul demi Mitigasi Bencana

Pada setiap kali gempa terjadi, hanya keterkejutan yang selalu mengemuka bersama duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa dan warga yang terluka serta kerugian harta benda. 

Gempa dan mega-tsunami yang meluluhlantakkan Aceh pada 2004, gempa Yogyakarta pada 2006, gempa Padang pada 2009, lalu gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada pengujung Juli 2018 dan berentet sepanjang Agustus 2018, adalah di antara sekian gempa besar dalam abad millenial yang cukup dalam mengguratkan duka bangsa.

Bahkan, belum reda duka dan nestapa atas rentetan gempa di Negeri Seribu Masjid—salah satu julukan untuk NTB—, gempa besar meluluhlantakkan Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018).

Baca juga: JEO - Esai Foto: Dampak Gempa di Palu dan Donggala dalam Gambar

Sudah begitu, "jeda" sekitar tiga jam dari gempa berkekuatan magnitudo 5,4 yang melanda Palu pada Jumat siang hingga gempa bermagnitudo 7,4 pada Jumat petang di wilayah yang sama seolah tak jadi peringatan bagi jatuhnya ratusan korban jiwa.

 

Dengan sederet panjang bencana-bencana besar yang pernah terekam dan menggurat duka di Nusantara, terasa sungguh klise ketika jatuhnya begitu banyak korban jiwa di Cianjur akibat gempa pada Senin (21/11/2022) dinyatakan tersebab pusat gempa yang dangkal, struktur bangunan yang tak aman dari gempa, serta permukiman di daerah tanah lunak dan tak stabil. 

Baca juga: Mengapa Gempa M 5,6 di Cianjur Sangat Merusak? Ini Penjelasan BMKG

Dengan segenap bela sungkawa dan empati untuk para korban dan keluarganya, literasi dan mitigasi bencana terasa sudah waktunya dinyatakan sebagai kebutuhan darurat yang menjadi prioritas kerja bagi negara dan aparatur pemerintahannya.

Sejatinya, tak hanya Indonesia yang punya tantangan besar alam yang retas dan rawan bencana. Jepang, Amerika Serikat, dan Selandia Baru adalah sebagian contoh negara yang punya masalah sama besarnya soal ini.

 

Namun, soal kewaspadaan dan upaya meminimalkan korban, Indonesia harus mengakui ketertinggalan. Perbaikan, pembenahan, dan upaya berkelanjutan untuk serius dan nyata menggarap literasi dan mitigasi bencana masih menjadi pekerjaan rumah besar negara ini.

Tentu, ini bila melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia sebagaimana mandat dalam pembukaan UUD 1945 adalah sumpah dan amanah yang disadari akan dituntut pertanggungjawaban.

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Catatan:

Seluruh artikel harian Kompas yang dikutip di tulisan ini dapat diakses publik melalui layanan Kompas Data.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya di Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com