JAKARTA, KOMPAS.com - Hubungan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo dinilai mulai renggang karena diduga akibat manuver menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Sinyal kerenggangan hubungan keduanya disebut mulai terjadi setelah manuver Partai Nasdem yang mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca juga: KTT G20, Delegasi Rusia Tiba di Bali Dipimpin Menlu Sergey Lavrov
Dari arena Konferensi Tingkat Tinggi G20 dilaporkan banyak kepala negara asing yang ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Tingginya animo para kepala negara asing untuk bertemu dengan Jokowi disebut membuat pihak Istana agak kerepotan mengurus jadwal pertemuan.
Hubungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Presiden Joko Widodo disebut tengah renggang dan membawanya berada dalam persimpangan jalan.
Tak sedikit yang beranggapan bahwa isu keranggangan ini muncul setelah Nasdem mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai hubungan Nasdem dengan Jokowi sedang berada di titik terendah.
Baca juga: Soal Nasib Nasdem di Kabinet, Surya Paloh: Terserah, Bola di Tangan Presiden
Titik terendah tersebut terlihat dari ketidakhadiran Jokowi di puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-11 Nasdem yang digelar di Jakarta Convenction Center (JCC), Senayan, Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Sebagaimana diketahui, di hari puncak perayaan ini, Jokowi menghadiri KTT ASEAN Kamboja.
"Perayaan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) Nasdem kemarin (11/11/2022) terasa hambar karena tak hadirnya Presiden Jokowi yang sering dianggap sebagai 'Presidennya Nasdem'," kata Agung dalam siaran pers, Sabtu (12/11/2022).
Agung mengatakan ketidakharmonisan Nasdem dan Jokowi juga terlihat dari video ucapan ulang tahun dari Jokowi yang tak kunjung diputar.
Banyak yang menilai video tersebut batal diputar lantaran Jokowi tidak mengirimkan video ucapan saat waktu perayaan.
Baca juga: Paloh Curiga Ada Pihak yang Coba Framing Jokowi Emoh Sama Nasdem
Kedua fakta inilah yang dinilai menjadi tanda kuat ada hubungan yang hampir tak bisa diselamatkan lagi antara Nasdem dan Jokowi.
“Realitas politik tadi semakin memperkuat dugaan banyak kalangan bahwa hubungan Nasdem-Presiden Jokowi sedang berada di titik terendah (down) setelah selama ini berlangsung intim (up) layaknya sahabat.
Sayangnya kini relasi persahabatan tersebut bertepuk sebelah tangan," tutur Agung.
Sementara itu, Paloh menegaskan bahwa Nasdem tetap mendukung pemerintahan saat ini kendati telah menyatakan dukungan terhadap Anies untuk Pilpres 2024.
Ia meyakini Nasdem bisa memberikan dukungan terhadap pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin hingga selesai masa jabatan pada 2024.
"Bukan karena kita mencalonkan Bung Anies Baswedan hubungan kita harus retak, hubungan kita harus berpisah, perasaan hati kita sebagai kader mengurangi rasa kedewasaan kita," katanya dalam acara puncak HUT ke-11 Nasdem.
Baca juga: Jokowi Tak Ucapkan Selamat Ulang Tahun ke Nasdem, Surya Paloh: Mungkin Sibuk...
Paloh mengatakan, hingga hari ini Jokowi masih menjadi presiden Nasdem.
Dia ingin Nasdem menjadi sahabat sejati Jokowi yang setia dalam suka dan duka sampai akhir.
Paloh berharap Jokowi punya sikap yang sama. Dia tak ingin presiden mendepak partainya dari barisan koalisi pendukung pemerintahan.
"Nasdem ingin tekankan ini. Dia ingin tetap jadi seorang sahabat sejati dalam suka dukanya seorang Presiden Jokowi," ujarnya. Di sisi lain, Paloh mencurigai ada yang sengaja ingin merusak persahabatannya dan Jokowi.
Pihak tersebut menggulirkan isu seolah presiden tak mau lagi Nasdem berada di koalisi pemerintahan kini.
Baca juga: Jadi Capres 2024, Anies Pilih Jalan Tak Biasa Bersama Nasdem
"Kalau ada yang mencoba mengusik, mem-frame kita Jokowi itu emoh (tidak mau) pada Nasdem, itulah frame yang dilakukan, Jokowi tidak suka pada Nasdem. Itu pasti menurut saya upaya-upaya yang dilakukan secara sistemik dan sengaja untuk merusak hubungan yang sudah terjaga sedemikian rupa," ucap dia.
Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengklaim, para kepala negara asing banyak yang ingin bertemu Presiden Joko Widodo di sela-sela pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 15-16 November 2022.
Menurut dia, hal itu membuat Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi kesulitan mengurus jadwal permintaan pertemuan.
"Ini hebatnya Presiden kita ini ya semuanya sudah terjadwal sebenarnya, tapi banyak sekali yang menginginkan minta waktu kepada Pak Jokowi ini, Presiden kita ini. Kita mesti bangga Presiden kita di mata para kepala negara luar itu luar biasa. Sampai kesulitan untuk Menlu mengurusnya," ujar Moeldoko di Media Center G20, BICC, Nusa Dua, Minggu (13/11/2022).
Baca juga: KTT G20, Delegasi Rusia Tiba di Bali Dipimpin Menlu Sergey Lavrov
"Berikutnya juga pesawat-pesawat delegasi yang ingin mendarat di sini dari beberapa negara juga ingin minta dispensasi. Tetapi ya semuanya sudah dipikirkan apa direncanakan sehingga nanti mungkin ada tidak bisa terpenuhi," lanjutnya.
Namun saat ditanya berapa banyak kepala negara yang ingin bertemu Presiden Jokowi, Moeldoko belum bisa memastikan.
Kepastian hal tersebut akan disampaikan oleh Menlu Retno Marsudi.
Namun, Moeldoko menyatakan, ada negara-negara di luar anggota G20 yang ingin melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi.
Baca juga: G20 Galang Dana Pencegahan Pandemi, Jokowi: Dana yang Terkumpul Masih Belum Cukup
"KTT Ini menurut saya pertemuan terbesar di luar (KTT) APEC ya. Dulu kita bicara APEC, sekarang G20. Saya pikir ini pertemuan cukup besar oleh kepala-kepala negara yang punya reputasi, negara yang gede, ini sebuah momentum sangat bagus untuk menggalang peaceful kedamaian dunia," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.