JAKARTA, KOMPAS.com - Virus corona terus bermutasi di tengah kasus Covid-19 di Tanah Air yang kembali meningkat sejak dua pekan terakhir.
Pada pekan lalu, kasus baru Covid-19 bertambah ke kisaran 3.000 kasus. Kemudian bertambah lagi menjadi sekitar 4.000 kasus per hari.
Berdasarkan data Kamis (3/11/2022) pukul 12.00 WIB, kasus Covid-19 bertambah 4.951 kasus dalam 24 jam terakhir sehingga totalnya sebesar 6.507.610 kasus.
Baca juga: Epidemiolog: Kasus Covid-19 Mulai Mengkhawatirkan
Tingginya kasus aktif diikuti dengan merangkaknya angka kematian (fatality rate) yang sebelumnya berada pada kisaran 16-19 orang, kini mencapai puluhan orang dalam sehari.
Pada tanggal 1 November misalnya, ada 32 pasien Covid-19 yang meninggal.
Data pada 3 November lebih tinggi lagi, yaitu mencapai 42 orang meninggal selama 24 jam terakhir, sehingga secara kumulatif mencapai 158.737 orang.
Pada saat yang sama, subvarian Omicron XBB muncul di Indonesia dan ditemukan pada seorang wanita usai melakukan perjalanan dari luar negeri.
Angka infeksi kasus XBB yang dilaporkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga kini mencapai 4 orang.
XBB merupakan rekombinan subturunan omicron BA.2.10.1 dan BA.2.75, dengan mutasi di S1 dan 14 mutase tambahan di protein spike BA.2
Baca juga: Soal Omicron XBB Tidak Terdeteksi Antigen, IDI: Tak Sepenuhnya Benar
Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan mengatakan, XBB banyak menyerang orang yang belum pernah terinfeksi Covid-19.
Berdasarkan usianya, XBB juga banyak menyerang usia muda dengan rentang 20-39 tahun.
Kendati begitu, kasus infeksi parah hingga harus dirawat lebih banyak menyerang kelompok lansia berusia di atas 70 tahun.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh imunitas lansia yang relatif lebih rendah. Lansia juga lebih banyak memiliki penyakit komorbid yang membuat tingkat keparahan pasca infeksi Covid-19 meninggi.
Erlina mengatakan, data tersebut berkaca dari kasus XBB di Singapura.
Baca juga: Satgas Covid-19 IDI: Subvarian XBB Banyak Serang Usia Muda, Belum Pernah Terinfeksi
Subvarian yang predominan di Singapura ini hingga mencapai 54 persen kasus pada minggu kedua Oktober 2022, dari hanya 22 persen pada minggu sebelumnya.