Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Salamun, M.Pd.I
Dosen di STIT Pringsewu

Dosen tetap di STIT Pringsewu Lampung, Alumni program Doktor UIN Raden Intan Lampung

Berebut Jadi Tuhan

Kompas.com - 27/10/2022, 10:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kebebasan yang sejati adalah bebas untuk, ketika seseorang masih berkutat dengan bebas dari maka sejatinya belum merdeka.

Pertanyaannya adalah apakah kemudian sebagai bangsa kita sudah sungguh-sungguh bebas untuk melakukan apapun atau masih dibayangi dengan kapitalisme global dan kekuatan asing lainnya yang mengendalikan kebijakan-kebijakan dalam negeri?

Kebebasan menjadi pilar utama demokrasi. Ketika dalam praktik berdemokrasi masih kita dapati ada orang atau kelompok tertentu mendominasi kebenaran dan memaksakan kebenaran yang diyakininya kepada orang lain, maka sesungguhnya demokrasi sudah mati.

Bahkan yang memprihatinkan kemudian adalah ketika ada komunitas keagamaan yang begitu bersemangat melakukan takfirisasi (mengkafirkan yang lain) dan menganggap sesat bagi yang tidak sejalan, maka sejatinya mereka sudah mengambil otoritas Tuhan. Ya, banyak orang dan barangkali golongan hari ini sudah pada berebut jadi Tuhan.

Atau setidaknya kita dalam banyak hal sudah terjebak dan bahkan menjebakkan diri bertindak laiknya malaikat pencatat amal bagi orang lain.

Idealnya kita disibukkan dengan muhasabah atau introspeksi diri, bukan justru kepo menilai dan menghakimi yang bukan menjadi kewenangan dan otoritasnya.

Semangat kebersamaan dan kebebasan yang digelorakan oleh para Pemuda 94 tahun yang lalu hendaknya harus kita pupuk terus menerus agar menjadi energi positif untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang bermartabat dan disegani dalam dunia global internasional.

Sudah saatnya kita berpikir untuk kemajuan bangsa dan tidak menjebakkan diri ke dalam kubangan sentimen mayoritas minoritas atau politik belah bambu yang berusaha untuk membelah rakyat.

Masyarakat sudah cukup lelah menghadapi berbagai beban kehidupan, janganlah dihadapkan dengan persoalan-persoalan politik rendahan dengan membuat polarisasi di tengah masyarakat dengan politik identitas dan semacamnya.

Pluralitas dan keberagaman identitas merupakan keniscayaan. Yang perlu kita lakukan bersama adalah saling menghormati apapun keputusan politik yang diambil oleh pemilik otoritas.

Tidak elok saling menilai antarkompetitor, fokuslah dengan apa keunggulan masing-masing karena menurut hemat saya anak bangsa negeri ini sudah semakin cerdas dan hendaknya marilah kita bangun dan hadapi tahun politik ke depan dengan politik yang beradab.

Berbeda adalah keniscayaan, ada Jong Java, Jong Soematra, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaum Betawi dan Perhimpoenan Peladjar Indonesia. Karena keberagaman itulah lahir Indonesia.

Dan hendaknya Indonesia harus kita rawat menjadi negara bangsa yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darahnya dengan semangat keadilan tanpa diskriminasi dan tirani dan intimidasi oleh kelompok tertentu atas yang lain, apalagi dilakukan oleh negara–dan semoga tidak akan terjadi– yang mestinya menjadi pelindung dan pemersatu bagi segenap anak bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com