JAKARTA, KOMPAS.com – Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) mengkritik dinas mancanegara yang ditempuh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI baru-baru ini.
Sekretaris Jenderal KIPP Kaka Suminta menilai bahwa perjalanan para komisioner tersebut pun tak berkaitan dengan tahapan Pemilu 2024 yang saat ini tengah berlangsung.
“Seharusnya penyelenggara pemilu, saat tahapan yang cukup krusial, hindari perjalanan keluar, kecuali berkaitan dengan tahapan. Apalagi, ini ke luar negeri, menimbulkan pertanyaan publik,” kata Kaka kepada wartawan pada Senin (10/10/2022).
“Setelah saya perhatikan, baik kunjungan KPU maupun Bawaslu ke luar negeri, tidak ada signifikansinya dengan tahapan dan kepentingan pemilu secara umum,” tambahnya.
Baca juga: 20 Anggota KPU Dinas Luar Negeri ke AS, Bawaslu ke Brasil
Menganggap bahwa agenda dinas mancanegara itu tidak begitu krusial, Kaka menilai ada kontradiksi pada KPU dan Bawaslu soal anggaran, meskipun ia belum tahu anggaran apa yang digunakan mereka dalam perjalanan dinas mancanegara ini.
“Yang pasti, ini ada kontradiksi. Di satu sisi, KPU dan Bawaslu berteriak kurangnya anggaran. Di sisi lain, mereka menghambur-hamburkan uang,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI mengadakan perjalanan dinas mancanegara baru-baru ini.
Anggota KPU RI terbang Amerika Serikat, sedangkan anggota Bawaslu RI terbang ke Brasilia, Brasil.
Dikutip dari Kompas.id, Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (9/10/2022), mengakui KPU saat ini melakukan kursus singkat ke Northern llinois University (NIU).
Baca juga: Dinas Sepekan ke Brasil, Bawaslu Mengaku Diundang Langsung untuk Pantau E-voting
Mereka berangkat pada 2 Oktober dan dijadwalkan kembali ke Indonesia pada 10 Oktober.
Kursus singkat tersebut bertajuk ”Leadership Management and Elections Training Program” yang dilakukan The Center for Southeast Asian Studies and the College of Business.
Pesertanya terdiri dari 20 orang, yakni 4 anggota KPU yaitu Hasyim, Yulianto Sudrajat, Mochammad Afifuddin, dan Parsadaan Harahap, serta Sekretaris Jenderal KPU Bernad Dermawan Sutrisno, sejumlah tenaga ahli anggota KPU, serta pejabat di lingkungan KPU RI dan KPU provinsi.
”Mengapa NIU, karena banyak ahli pemilu Indonesia belajar pemilu di NIU antara lain Prof Ramlan Surbakti, Afan Gaffar (alm), Riswandha Imawan (alm), Nico Harjanto, Philip Vermonte, Andi Malarangeng, Anies Baswedan, Ryaas Rasyid, dan I Ketut Putra Erawan,” ujar Hasyim.
Baca juga: DPR Janji Perjuangkan Usulan Tambahan Anggaran KPU Rp 7,8 Triliun, Ini Alasannya
Ia mengatakan, kursus singkat manajemen pemilu diperlukan untuk menambah wawasan, terutama tata kelola pemilu dalam perspektif global dan perbandingan. Apalagi pemilu di Indonesia dikenal sebagai pemilu paling kompleks di dunia sehingga bisa menjadi tempat belajar, bahkan praktik, terbaik tata kelola pemilu di dunia.
Menurut dia, banyak pihak kecewa dan malu terhadap praktik demokrasi elektoral di negara-negara yang jumlah pemilihnya besar, seperti India dan AS, karena belakangan masih mempraktikkan etno-politik sebagai politisasi dalam pemilu.