Sebut saja, misalnya, alasan kepentingan ekonomi politik Surya Paloh yang akan terakomodasi secara maksimal jika Anies terpilih nanti.
Dengan kata lain, peluang pendiri Partai Nasdem itu untuk menginjeksikan kepentingannya secara maksimal tidak akan bisa dilakukan jika kandidatnya bukan Anies Baswedan.
Apapun motivasi di balik perubahan jadwal pengumuman tersebut, termasuk apapun motivasi di balik pemilihan Anies dan bukan kandidat lain, kini Anies sudah resmi didukung oleh Partai Politik.
Kendati demikian, posisi Anies tentu belum sepenuhnya aman. Untuk benar-benar bisa maju sebagai calon presiden, setidaknya Nasdem masih membutuhkan satu atau dua partai lagi sebagai sekutunya.
Jika Anies akhirnya dipasangkan dengan calon presiden atau calon wakil presiden dari PDIP dan Gerindra, maka prasyarat kepartaian sudah terpenuhi.
Namun, peluang berpasangan dengan kedua partai tersebut tidaklah besar, terutama dengan Gerindra.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pencalonan Anies Baswedan sebagai calon presiden akan dianggap sebagai bentuk pengkhianatan politik bagi Gerindra.
Sejak nama Anies muncul sebagai kandidat potensial, ketegangan sudah terjadi di internal partai besutan Prabowo Subianto tersebut.
Kader senior Gerindra di DKI Jakarta, M Taufik, terpaksa harus melepas statusnya sebagai ketua DPD Gerindra DKI Jakarta, karena secara terbuka memberikan dukungan kepada Anies Baswedan untuk maju di konstestasi presidensial tahun 2024 nanti.
Dan hasil Kongres Gerindra tempo hari sudah mengunci dukungan tunggal pada Prabowo Subianto, tanpa membuka alternatif nama lain sebagai kandidat untuk diusung.
Sementara dengan PDIP, peluangnya masih 50:50. Santer dikabarkan setelah Puan Maharani bersilaturahmi ke Nasdem Tower dua bulan lalu, Anies dan Puan akan menjadi bakal pasangan calon yang akan diusung Nasdem dan PDIP.
Namun sinyal tersebut mulai terasa agak melemah mengingat Nasdem tidak memberikan indikasi yang jelas di acara pengumuman tempo hari terkait arah politik Anies Baswedan.
Bahkan, sebagaimana disampaikan sendiri oleh Anies, kapasitas untuk menentukan siapa yang akan menjadi pasangannya sepenuhnya diserahkan kepada Anies.
Jika kemudian Anies dan Nasdem akhirnya benar-benar parkir di Teuku Umar (PDIP), keputusan tersebut tentu akan menjadi sangat mengagetkan Cikeas, yang sempat merasa mendapat peluang kembali setelah cek kosong diberikan kepada Anies oleh Surya Paloh.
Artinya, untuk sementara waktu, peluang Anies ke Hambalang sangat kecil. Di sisi lain, peluang ke Teuku Umar masih terbuka, meskipun sinyalnya mulai melemah.