Dikutip dari acara Singkap Kompas TV, Nasution lalu bergegas dari kamar dan berlari ke pintu belakang.
Baca juga: Pramoedya Ananta Toer dan Jejak Peristiwa G30S
Nasution kemudian melompati dinding rumah dan bersembunyi di halaman tetangganya hingga pukul 06.00 WIB pagi dengan kondisi pergelangan kaki yang patah.
Nasution berhasil lolos meski saat itu rumah telah dikepung oleh Cakrabirawa berkat tumbuhan yang lebat di dekat dinding rumahnya.
Sempat ingin kembali ke rumah
Nasution sempat bercerita, dalam pelariannya, ia ingin kembali ke rumah setelah mendengar suara tembakan yang menewaskan putri bungsunya. Tapi ia dicegah oleh Johana.
Saat peristiwa terjadi, putri bungsu yang semula tidur bersamanya dan istri sempat dibawa oleh adik Nasution, Mardiah, ke kamar lain dengan tujuan menyematkan diri.
Karena panik, Mardiah salah membuka pintu. Pasukan Cakrabirawa bergegas memberondong senjata api tepat di depan mukanya. Naas, peluru yang ditembak mengenai punggung Ade Irma Suryani.
Baca juga: 6 Tempat yang Menjadi Saksi Bisu Peristiwa G30S
Ketika memanjat tembok samping rumah, Nasution pun masih berusaha ditembaki oleh Cakrabirawa. Ia bahkan mendengar salah seorang prajurit yang berteriak, "...seseorang melarikan diri di samping,".
Tak lama, persembunyiannya berpindah di belakang tong air yang berada di rumah duta besar Irak.
Di persembunyiannya, ia tak habis pikir mengapa Cakrabirawa mencoba untuk membunuhnya
Di momen-momen itu, ia masih mencoba berpikir untuk pergi ke rumah Wakil Menteri Leimena karena berdekatan dengan rumahnya. Namun, Nasution mengurungkan niat hingga fajar menyingsing karena menganggap daerah tersebut masih dikuasai Pasukan Cakrabirawa.
Beberapa hari setelahnya, tepat pada 5 Oktober 1965, ia yang mengantar keenam jenazah jenderal AD dan ajudannya ke peristirahatan terakhir.
Baca juga: 7 Pahlawan Revolusi Korban G30S
Para jenderal itu adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Mayjen D I Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean.
Adapun rumah yang kala itu ditempati Nasution dan Keluarga di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, menjelma menjadi museum dengan nama Museum Sasmitaloka Jenderal Besar Dr. A. H. Nasution.
Museum itu diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 3 Desember 2008, bertepatan dengan hari lahir AH Nasution.
Jenderal Nasution wafat di Jakarta pada 8 September 2020 di usianya yang ke-81 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.