Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
SAPA PEMIMPIN

Anggota Komisi III Taufik Basari Sebut Kasus Ferdy Sambo Jadi Momentum Pembenahan Kultural Polri

Kompas.com - 13/09/2022, 17:35 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Taufik Basari mengungkapkan bahwa kasus Ferdy Sambo harus dijadikan sebagai momentum untuk pembenahan perbaikan institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) ke depan.

“Kasus Ferdy Sambo jelas merupakan kasus yang sangat memukul kepercayaan publik kepada Polri. Oleh karena itu, penuntasan kasus ini harus dijadikan momentum untuk pembenahan perbaikan institusi Polri ke depan,” ujarnya dalam sesi wawancara dengan Kompas.com, Kamis (25/8/2022).

Seperti diketahui, terdapat 35 oknum polisi yang telah melakukan pelanggaran kode etik dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J dengan tersangka utama Ferdy Sambo.

Taufik menilai, banyaknya jumlah personel yang terlibat itu harus dijadikan acuan untuk memperbaiki kultur yang ada.

“Dalam kepolisian itu ada doktrin diskresi dan Kode Etik, setiap personel Polri harus menjalankan hal ini,” ucapnya.

Baca juga: Atas Diskresi Kepolisian, Jasa Marga Buka Contraflow di Tol Cikampek

Diskresi polisi adalah kebebasan bertindak atas wewenang menurut penilaiannya sendiri sejalan situasi kondisi tertentu. Sementara Kode Etik mewajibkan personel Polri menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu anggota tersebut wajib mendapatkan perlindungan hukum.

Nah, dalam kasus ini semestinya waktu disuruh untuk membunuh, para oknum terlibat harus mengenal diskresinya sendiri dan kewajiban etisnya. Begitu pula, orang-orang yang terlibat dalam upaya rekayasa ini harusnya melakukan diskresi dan menjalankan Kode Etik dengan melaporkan kepada atasan,” jelas Taufik.

Apalagi, sebut dia, ketika diminta untuk melakukan rekayasa suatu kasus itu harusnya menolak atau jika pun akhirnya terpaksa melakukan mereka seharusnya benar-benar memahami diskresi .

Taufik mencontohkan, dari 35 personel tersebut, pasti ada satu atau dua orang bisa menjawab dengan jujur apabila memiliki diskresi yang sudah mengakar dalam sanubarinya.

Oleh karena itu, kata dia, Polri harus melakukan pembenahan untuk mengkaji pribadi setiap personelnya.

Baca juga: Kapolri Tegaskan Musuh Polri Juga Musuh Kostrad

“Apakah mereka kurang diajarkan dalam pendidikan? Apakah kurang diterapkan ketika pelaksanaan?” tanya Taufik.

Selain perbaikan sistem kultural, lanjut dia, Polri juga harus memperbaharui reformasi kultural.

Reformasi kultural yang dimaksud seperti menghapus penggunaan kekerasan yang berlebihan, praktik penyiksaan, dan rekayasa kasus tindakan yang tidak humanis.

“Sebenarnya instrumen sudah menjelaskan tidak boleh melakukan ini dan itu, akan tetapi kulturnya tidak sejalan dengan instrumen yang sudah disiapkan itu. Nah, ini yang menjadi tantangan terberat bagi Polri,” tutur Taufik.

Adapun untuk mengubah kultur, kata dia, harus dimulai melalui pesan-pesan yang jelas.

Baca juga: Mau Ubah Kultur di Polri, Kapolri Tekankan 3 Kompetensi Ini ke Anggota

Ia kembali mencontohkan bahwa Polri harus transparan dalam penyelesaian suatu kasus. Apabila terdapat rekayasa, maka tidak ada ampun bagi si pelaku.

“Hal ini pasti akan kami bongkar dan hukum pelakunya. Jadi pesan itu harus sampai. Nah, itu adalah awalan pertama untuk pembenahan terhadap kultur,” jelas Taufik.

Cara memutus kultur di tubuh Polri

Pada kesempatan itu, Taufik menjelaskan ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk memutus kultur di tubuh Polri.

“Jadi hal pertama yang dilihat adalah melakukan evaluasi dulu. Ini akar masalahnya di mana? Apakah dalam pendidikan atau dalam menjalankan tugas. Akar masalahnya ini harus diperbaiki,” jelasnya.

Akar masalah tersebut, kata Taufik, bisa dilihat dari setiap personel, apakah antara jiwa korsa, teori, dan pemahaman diskresi serta Kode Etik itu kurang.

Baca juga: Polisi Tembak Polisi Lampung, Sidang Kode Etik Aipda Rudi Hadirkan 28 Saksi

Kemudian dalam penerapan, apakah kurang pengawasan dan memiliki jiwa korsa yang tinggi sehingga menutup-nutupi kesalahan dan bahkan saling membantu dalam melakukan kejahatan.

“Ini berarti soal pengawasan dan penindakan terhadap setiap kesalahan yang terjadi harus tegas diatasi. Hal ini juga termasuk soal jiwa besar dan jiwa satria untuk mengakui setiap kesalahan yang terjadi,” ujar Taufik.

Lembaga pengawas harus punya integritas

Dalam memutus kultur Polri, Taufik menyebutkan bahwa peran pengawas dalam tubuh kepolisian merupakan hal penting.

“Peran lembaga pengawas sangat vital. Apalagi pada kasus Ferdy Sambo kita dibuat terhenyak bahwa pelakunya sendiri ada di badan yang mengurus pengawasan internal, yakni Profesi dan Pengamanan (Propam),” imbuhnya.

Oleh karena itu, sebut Taufik, lembaga pengawas harus diisi oleh orang-orang yang benar-benar memiliki integritas tinggi dan bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Sebab, Propam merupakan wajah Polri. Baik dan buruknya Polri sangat bergantung pada Propam.

Baca juga: Jawab Tudingan Lindungi Kombes Anton, Kabareskrim: Masih Didalami Propam

“Apa yang disampaikan Ferdy Sambo dulu di media massa tentang Propam adalah wajah Polri itu benar. Meski hal ini menjadi suatu ironi,” ucapnya.

Meski demikian, semua pihak, terutama Polri harus menjadikan kasus Ferdy Sambo sebagai pelajaran untuk mengamanatkan tugas Propam selanjutnya kepada orang-orang berintegritas.

Artinya, sebut Taufik, di tubuh Polri harus ada perombakan total. Mereka harus melihat apakah sudah menempatkan orang-orang sesuai dengan jabatan yang diamanatkan.

Percaya terhadap jajaran Polri

Meski penyelesaian kasus Ferdy Sambo cukup memakan waktu, Taufik mengungkapkan kepercayaannya terhadap jajaran Polri. Utamanya, kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi (Pol) Listyo Sigit Prabowo yang tengah bertugas saat ini,

“Dengan kemampuan Kapolri menghadapi persoalan yang sangat besar, saat ini saya cukup percaya terhadap beliau,” imbuh Taufik.

Baca juga: Kapolri: RI Sedang Pusing, Bebannya Berat karena Kejahatan Kekayaan Negara

Ia mengungkapkan bahwa kemampuan seseorang akan teruji ketika sedang menghadapi masalah. Jika tidak ada masalah tentu sulit untuk mengukur kemampuan mereka.

Menurut Taufik, berbagai langkah yang dilakukan Kapolri saat ini sudah sangat tepat dan mampu untuk mengendalikan situasi.

“Kapolri memiliki respons yang bagus. Begitu menyadari bahwa ada yang janggal, dia membentuk tim khusus untuk mengungkap kasus ini,” imbuhnya.

Bahkan, lanjut dia, Kapolri juga membuka diri terhadap keterlibatan pihak eksternal yang melibatkan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mengakses proses ini.

Taufik menilai, hal itu menunjukkan bahwa Kapolri punya niat yang tulus untuk membuka kasus Ferdy Sambo. Sebab, dia tidak menutupi dan bahkan bersedia untuk diawasi.

“Hal itu bisa memberikan rasa percaya bahwa Kapolri sedang menjalankan tugas dengan baik dan bersedia dikritik bersama-sama jika melakukan kesalahan,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com