Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Litbang "Kompas": Mayoritas Publik Nilai Subsidi BBM Masih Diperlukan

Kompas.com - 12/09/2022, 10:42 WIB
Ardito Ramadhan,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei yang diselenggarakan Litbang Kompas pada 6-9 September 2022 menunjukkan, mayoritas publik (93 persen) menilai subsidi bahan bakar minyak (BBM) masih diperlukan.

Bila dirinci, ada 37,1 persen responden yang menilai subsidi BBM diperlukan seperti selama ini berjalan, sedangkan 55,9 persen menyatakan subsidi BBM masih diperlukan tetapi harus lebih tepat sasaran.

Sementara, hanya ada 5,5 persen responden yang menganggap subsidi BBM tidak diperlukan dan 1,5 persen repsonden lainnya menjawab tidak tahu.

Baca juga: Litbang Kompas: Mayoritas Publik Bakal Berhemat Pasca Kenaikan Harga BBM

Dikutip dari Kompas.id, mereka yang menginginkan subsidi BBM sebagian besar datang dari kalngan ekonomi menengah ke bawah yang merasakan kenaikan harga BBM memberakan mereka.

Kendati demikian, survei juga menangkap bahwa mayoritas responden (94 persen) dari golongan kelas ekonomi menengah ke atas juga mengekspresikan hal serupa.

"Artinya, asumsi dasar bahwa kenaikan harga BBM akan memberatkan kehidupan masyarakat dari semua kelompok sosial ekonomi terbukti. Meskipun kelompok masyarakat menengah ke bawah lebih berat merasakan dampaknya," tulis Litbang Kompas.

Baca juga: Litbang Kompas: Mayoritas Responden Merasa Subsidi BBM Tidak Tepat Sasaran

Jajak pendapat ini pun menangkap harapan publik agar subsidi pemerintah tetap bisa dipertahankan dengan memperbaiki bentuk dan mekanismenya.

Sebab, subsidi BBM selama ini masih jauh dari ideal, salah satu alasannya karena kebijakan ini dinilai belum tepat sasaran.

Kesimpulan itu muncul di hasil jajak pendapat di mana sekira 70 persen responden merasa demikian, bahkan sebagian dari mereka menyatakan skema subsidi BBM selama ini sangat tidak tepat sasaran.

"Tak ayal, muncul harapan agar pemerintah lebih memperbaiki model subsidi yang diberikan. Separuh lebih responden menilai subsidi masih dirindukan masyarakat untuk menopang kehidupan mereka," tulis Litbang Kompas.

Baca juga: Litbang Kompas: 63,4 Persen Responden Khawatir Tarif BBM Naik Pengaruhi Harga Kebutuhan Pokok

"Oleh karena itu, mereka berharap skema subsidi BBM diperbaiki agar lebih tepat sasaran," tulis Litbang Kompas.

Survei ini melibatkan 504 responden dari 34 provinsi di Tanah Air dengan metode wawancara.

Sampel ditentukan secara acak dari panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.

Menggunakan metode tersebut tingkat kepercayaan survei mencapai 95 persen dan margin of error kurang lebih 4,37 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com