Saya tidak bisa membayangkan jika terjadi masalah keamanan nasional demikian genting karena adanya ancaman dari luar sementara pucuk pimpinan TNI dan TNI-AD memiliki sumbatan dalam komunikasi.
Mau dibawa kemana organisasi sebesar TNI ini? Di manakah prioritas keamanan negara dan bangsa jika antara pucuk pimpinan saling ghosting.
Kasus mutilasi warga sipil di Distrik Iwaka, Kabupaten Mimika, Papua yang dilakukan oknum TNI-AD yang terpikat dengan uang Rp 250 juta milik korban, membutuhkan penyelesaian segera dari KASAD dan Panglima TNI (Kompas.com, 05/09/2022).
Meminjam istilah anak milenial sekarang, kita tidak boleh larut dalam kondisi ghosting yang tidak tahu kapan akan berakhir.
Masing-masing pihak harus move on, melupakan persoalan masa lalu untuk menatap ke masa depan yang baik.
Persoalan bangsa dan negara harus diletakkan tinggi di atas kepentingan ego pribadi masing-masing.
Kelak sejarah akan mencatat, relasi antara Panglima TNI dengan KASAD di era pemerintahan pamungkas Jokowi berjalan harmonis atau tidak.
TNI tidak hanya manunggal dengan rakyat saja, tetapi para pimpinannya harus sama-sama bisa manunggal.
Masa jabatan bisa hilang atau berganti karena proses alamiah, tetapi jiwa persaudaraan apalagi berasal dari matra yang sama, hendaknya semangat korsa korps sebagai TNI-AD menjadi perekat keduanya.
Dulu keluarga besar saya yang berprofesi sebagai personel TNI-AD, TNI-AU dan TNI-AL begitu kerap saling merundung di antara para sanak saudara. Tetapi begitu ada yang tersinggung soal TNI, jiwa TNI-nya menjadi bersatu.
Keluarga besar kami begitu memprihatinkan dibanding tetangga kami yang berprofesi anggota Polri yang hidup makmur gema ripah loh jinawi, sementara keluarga kami yang pangkatnya sama dan setara – maksudnya sama-sama sersan – tapi taraf kehidupan kami begitu di bawah nadir keluarga pra sejahtera.
Meminjam pemaknaan komunikasi antarpribadi yang harmonis dari Dean Barnulus dalam Liliweri (1991) yang mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi, dihubungkan dengan pertemuan antara dua individu, tiga individu ataupun lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur maka harus ada pihak lain yang menjadi mediator antara kedua jenderal tersebut.
Presiden Jokowi selaku Panglima Tertinggi TNI sudah saatnya memanggil Jenderal Andika Perkasa dan Jenderal Dudung Abdurahman untuk ngopi bersama.
Saya yakin sebagai putra-putra terbaik TNI-AD sejatinya keduanya adalah sahabat sekaligus saudara. Jangan sampai persoalan disharmonisasi antara ke duanya dimanfaatkan pihak “luar” yang tidak ingin TNI kompak dan bersatu.
Meminjam lirik nyanyian Farel Prayoga yang berhasil menggetarkan HUT Republik Indonesia di Istana Negara tanggal 17 Agustus kemarin, antara Jenderal Andika dan Jenderal Dudung ojo dibanding-bandingke.
Mereka adalah sedikit dari personel TNI yang bisa menggapai pangkat bintang empat di pundaknya.
Dudung adalah bapaknya TNI-AD dan Andika adalah bapaknya TNI secara keseluruhan. Mereka berasal dari keluarga besar TNI-AD, sama dengan mendiang ayah saya yang pensiunan sersan mayor TNI-AD.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.