JAKARTA, KOMPAS.com - Temuan Imparsial mengungkapkan, sebanyak 3.657 personel non-organik TNI dan Polri dikirim ke Papua pada periode Januari 2022 hingga Agustus 2022.
Peneliti Imparsial Hussein Ahmad mengatakan, ribuan personel tersebut diberangkatkan ke Papua melalui 13 kali pengiriman.
“Estimasi jumlah pasukan yang dikirim kurang lebih 3.657 prajurit TNI-Polri, dengan komposisi 3.000 prajurit TNI dan 657 anggota Brimob Polri,” ujar Hussein saat melaunching monitoring bertajuk “Kekerasan Bersenjata di Papua dan Dampaknya Bagi Masyarakat Sipil”, Selasa (30/8/2022).
Hussein menyebutkan, seluruh pasukan non-organik yang dikirim ke Papua mempunyai kualifikasi tempur.
Baca juga: Imparsial: 61 Orang Meninggal Dunia akibat Kekerasan Bersenjata di Papua 2021-2022
Pada tahun ini, Imparsial mencatat bahwa tidak ada pengiriman pasukan non-organik yang diberangkatkan ke Papua selain berkualifikasi tempur.
Hal ini pun menandakan adanya perbedaan dengan pengiriman pasukan non-organik dibanding periode sebelumnya. Misalnya, pada periode 2018, 2019, maupun 2020.
Pada periode itu, Imparsial masih mendapati adanya pasukan non-organik berlatar belakang zeni tempur.
“Pasukan kualifikasinya Zeni tempur yang diterjunkan untuk membangun Jalan Trans Wamena-Nduga, atau dari Wamena ke wilayah lain, itu juga dilakukan oleh Zeni,” terang dia.
Baca juga: Pemekaran Papua dan Pengabaian Aspirasi Masyarakat Adat
Selain itu, Imparsial juga mencatat terdapat 61 orang meninggal dunia dari rentetan 63 peristiwa kekerasan bersenjata di Papua pada periode 2021 hingga Juli 2022.
Menurut Husein, 61 orang yang meninggal dunia merupakan aparat TNI, Polri, masyarakat sipil, termasuk Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Korban jiwa 61 orang, 37 berasal dari masyarakat sipil, 21 TNI-Polri, dan 8 KKB,” ujar Hussein.
Hasil pemantauan Imparsial juga menemukan bahwa kontak senjata antara aparat TNI-Polri dengan KKB tidak terjadi di hutan sebagaimana orang di luar Papua membayangkan konflik yang terjadi.
Baca juga: Bertolak ke Jayapura, Presiden Jokowi Resmi 15 Kali Kunjungi Papua
Hussein mengatakan, kontak senjata biasanya terjadi di pemukiman warga hingga pusat pemerintahan.
Sedangkan, hotspot kontak senjata yang paling dominan terjadi di pegunungan.
“Jadi tidak di pesisir, walaupun satu, dua ada tetapi paling banyak di pegunungan Papua,” imbuh Hussein.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.