JAKARTA, KOMPAS.com - Terdapat sejumlah berita yang menyedot perhatian pada Minggu (21/8/2022).
Salah satunya adalah opini dari mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin terkait dengan kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J.
Selain itu, dugaan Rektor Universitas Lampung Karomani yang mematok tarif hingga ratusan juta untuk meluluskan calon mahasiswa dalam seleksi penerimaan mandiri bertengger di posisi kedua berita terpopuler.
KEPADA Irjen Pol F Sambo
Mohon Anda menyimak penggalan kisah singkat ini.
Rosti Simanjuntak, wanita paruh baya, berlutut penuh histeris, memeluk peti jenazah putranya, Brigadir Yoshua, jantung hati dan bintang kejoranya.
Ia histeris karena marah menerima kenyataan hidupnya. Putranya sudah terbunuh, ia pun tidak diperkenankan menyaksikan wajah dan sekujur tubuh putranya yang sudah jadi jazad itu. Ia seolah pasrah, tapi ia yakin doanya mengalir ke Yang Di Atas.
“Tuhan, berikan keadilan kepada putraku.”
Doa Rosti terkabul, hanya beberapa minggu setelah itu, keadilan Tuhan sudah menindih Anda bersama istri dan sejumlah orang yang Anda peralat. Jangan pernah remehkan doa seorang ibu.
Ironi, sadis, brutal, dan biadab. Hanya itu yang bisa menggambarkan perilaku Anda. Ironi karena Anda semestinya menegakkan hukum, tetapi justru Anda mempreteli hukum.
Sadis, brutal dan biadab karena Anda membunuh putra Rosti secara tidak beradab. Penuh tipu daya. Surplus dengan kelicikan.
Metode pembunuhan yang Anda lakukan terhadap Joshua, pun melampaui batas-batas akal sehat dan menyata-nyayat hari nurani dan kesadaran kemanusiaan kita. Too much and unforgiven. Cannot be condoned, but to be condemned.
Dari awal saya tak pernah percaya alibi Anda mengenai soal aktivitas orang dewasa itu. Tidak pernah bawahan memperkosa atasan.
Yang terjadi justru sebaliknya. Anda telah membunuh secara sadis Yoshua, lalu Anda fitnah lagi Joshua yang tidak mampu membela diri lagi. Ini berkaitan dengan kerakusan belaka.
Saya pun teringat, peribahasa orang Sulawesi Selatan: “Ngowa pammulana. Cecceng tengngana. Sappu riwale cappanna.” Awalnya adalah keserakahan. Di tengahnya adalah penumpukan. Lalu berahir dengan kebangkrutan. Anda masuk dalam jeratan falsafah ini. No way out.