Indonesia-Energy-Transition-Outlook-2022-IESR mengungkapkan pasokan energi primer dan konsumsi energi final di triwulan ke-3 tahun 2021 meningkat masing-masing sebesar 3,7 persen dan 3,4 persen YoY, mencerminkan pemulihan ekonomi secara keseluruhan.
Namun, tingkat pasokan dan konsumsi masih lebih rendah dari tingkat sebelum pandemi.
Selama periode yang sama tahun 2020, pembangkit listrik tenaga air, panas bumi, bio-energi, dan solar PV berkontribusi masing-masing sebesar 291 MW, 55 MW, 19 MW, dan 21 MW. Secara total, kontribusi EBT hanya sekitar 13 persen.
Pada sisi lain, dalam hal pembangkitan, batu bara masih mendominasi pembangkit listrik dengan menyumbang sekitar 66 persen dari total pembangkit listrik.
IESR juga mencatat EBT hanya menerima investasi sebesar 1,1 miliar dollar AS pada Q3 2021, yang merupakan 30 persen dari total investasi di sektor ketenagalistrikan.
Pada periode yang sama, pembangkit listrik tenaga fosil menerima total investasi sebesar 2,5 miliar dollar AS di dalam negeri.
Memang ada terobosan besar datang dari sektor ketenagalistrikan lewat bergabungnya Indonesia dengan Filipina dan Vietnam dalam Energy Transition Mechanism (ETM) ADB.
ETM akan membantu ketiga negara ini menghentikan ketergantungan mereka yang besar pada batu bara dengan menghentikan CFPP lebih awal.
Sampai saat ini, setidaknya 9,2 GW CFPP telah diidentifikasi untuk pensiun dini di bawah skema ETM. Proyek percontohan di tiga PLTU dengan total kapasitas 1,77 GW diharapkan dapat dimulai pada 2022-2023.
Studi dekarbonisasi mendalam yang dilakukan IESR menunjukkan bahwa emisi dari sektor energi akan mencapai puncaknya pada tahun 2025 jika Indonesia ingin mematuhi Perjanjian Paris.
Jadi untuk mencapai target tersebut, Indonesia perlu melakukan lebih banyak upaya untuk mengurangi emisi dari pembangkit listrik.
IESR juga memprediksi bahwa pengembangan EBT masih lamban tahun 2022 ini dengan kapasitas terpasang hanya meningkat sebesar 386 MW pada Q3 2021, masih sangat jauh di bawah apa yang dibutuhkan untuk mencapai target 23 persen pada 2025.
Dengan gambaran tersebut, ancaman krisis energi memang ada di depan mata. Berharap bahwa EBT bisa menjadi basis kemerdekaan energi Indonesia sepertinya tak masih jauh panggang dari api lantaran tren investasi EBT yang rendah (Bersambung).
Baca artikel selanjutnya: Refleksi HUT RI ke-77: Menuju Kemerdekaan Pangan dan Energi (Bagian 2 - Habis)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.